KOTAWARINGIN TIMUR – Camat Pulau Hanaut, Fahrujiansyah, angkat bicara terkait serangan buaya yang kembali merenggut korban jiwa di wilayahnya. Ia menegaskan bahwa Sungai Rangkang dan sejumlah sungai lain di Pulau Hanaut merupakan kawasan yang sangat rawan konflik manusia–buaya, sehingga warga diminta meningkatkan kewaspadaan saat beraktivitas.
Penemuan jenazah Muhran pada Senin (24/11/2025) sekitar pukul 11.30 WIB memberi sedikit kelegaan setelah tiga hari pencarian. Namun Fahrujiansyah menekankan bahwa insiden ini harus menjadi pengingat bagi masyarakat untuk tidak menurunkan kewaspadaan.
“Di sana memang wilayah rawan. Cerita dari masyarakat, saat menangkap ikan pun mereka sering melihat buaya di sekitar lokasi. Karena sudah terbiasa, kewaspadaan jadi turun. Padahal buaya muara itu besar-besar, panjangnya bisa sampai lima meter,” ujarnya.
Menurutnya, serangan buaya tidak lepas dari faktor lingkungan yang berubah. Minimnya sumber makanan alami dan terganggunya habitat dapat mendorong predator tersebut mendekati aktivitas manusia.
“Buaya ini mungkin terganggu ekosistemnya. Bisa karena kurang makan atau habitat yang berubah, sehingga mereka keluar mencari mangsa. Yang ditemukan kemarin saja panjangnya hampir 3–4 meter,” jelasnya.
Melihat kondisi yang semakin mengkhawatirkan, pihak kecamatan berencana membentuk tim penanggulangan konflik buaya. Tim ini melibatkan aparat desa hingga masyarakat untuk penanganan darurat, patroli, dan sosialisasi berkala.
“Nanti dari kecamatan sampai desa kami bentuk tim lengkap. Ini agar saat kejadian darurat, ada unit yang bisa langsung bergerak. Selama ini sulit menentukan siapa yang harus turun lebih dulu, jadi semua bergerak bersama-sama,” tegasnya.
Ia berharap tim tersebut dapat memperoleh dukungan peralatan dari pemerintah daerah, termasuk perlengkapan keselamatan dan alat bantu pencarian jika insiden kembali terjadi.
Selain penanganan, edukasi kepada warga juga dinilai sangat penting. Banyak masyarakat masih mempraktikkan kebiasaan lama saat beraktivitas di sungai sehingga potensi kelengahan besar.
“Warga di sana menggantungkan hidup pada sungai. Tapi kebiasaan lama membuat kewaspadaan berkurang. Kami akan lakukan sosialisasi agar mereka paham risiko dan cara menghindarinya,” katanya.
Fahrujiansyah juga mengingatkan warga untuk tidak beraktivitas di sungai seorang diri, khususnya saat mencari ikan. Ia mencontohkan peristiwa yang menimpa Muhran.
“Kalau bisa beraktivitasnya ramai. Kemarin yang dua orang itu saja, ketika pamannya disambar buaya, yang satu tidak berani menolong karena gelap dan berbahaya. Akhirnya dia lari ke desa, dan korban dibawa buaya,” ungkapnya.
Ia berharap kejadian serupa tidak terulang dan masyarakat benar-benar mengutamakan keselamatan saat beraktivitas di perairan.
“Kami minta warga benar-benar memperhatikan kondisi sekitar sebelum turun ke sungai. Keselamatan harus menjadi prioritas,” pungkasnya. []
Admin03
Berita Borneo Terlengkap se-Kalimantan