BERAU – Pemulihan akses menuju Kampung Mapulu dan Panaan di Kecamatan Kelay menjadi perhatian utama warga setempat setelah jembatan penghubung mereka hanyut akibat banjir pada Mei 2025. Jembatan tersebut bukan sekadar fasilitas infrastruktur, tetapi jalur vital yang digunakan masyarakat untuk mobilitas harian, distribusi logistik, hingga akses pelayanan kesehatan.
Pemerintah Kabupaten Berau melalui Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (DPUPR) terus mempercepat proses perbaikan jembatan. Meski target penyelesaiannya sempat mundur, pekerjaan kini dikebut agar dapat rampung sempurna pada akhir 2025. Jembatan yang dibangun kembali menggunakan konstruksi non permanen berupa jembatan belly, yang dianggap paling cepat dipasang di tengah kondisi mendesak.
Kepala Bidang Preservasi Jalan dan Jembatan DPUPR Berau, Junaidi, menjelaskan bahwa jembatan seharusnya telah selesai lebih cepat. Namun penyesuaian teknis membuat pengerjaan harus melalui proses ulang. “Ada perubahan bentangan, yang awalnya 30 Meter harus menjadi 46 Meter. Jadi ada penghitungan ulang. Tapi pengerjaan dipastikan selesai tahun ini,” ungkapnya, Senin (08/12/2025).
Perubahan bentangan tersebut dilakukan untuk menjamin keamanan jembatan pada musim penghujan. Dari hasil koordinasi dengan warga Mapulu, bentangan awal dinilai masih berisiko terseret arus apabila banjir kembali naik. Karena itu, struktur jembatan harus didesain ulang agar dapat menahan tekanan air yang lebih besar.
Saat ini jembatan sementara sudah bisa dilewati kendaraan roda dua, sehingga mobilitas warga mulai pulih meski belum sepenuhnya normal. Proses penggantian bahan jembatan juga memerlukan waktu tambahan karena spesifikasi material baru berbeda dengan jembatan sebelumnya. “Jadi kami pesan baru lagi, karena beda pabrik pembuatnya. Sudah ada semua bahannya di kantor PU,” tegas Junaidi.
Pemerintah daerah menegaskan bahwa percepatan pembangunan ini penting mengingat masyarakat di wilayah pedalaman sangat bergantung pada jembatan tersebut. Akses menuju permukiman, jalur pengiriman logistik, hingga perjalanan masyarakat menuju Tanjung Redeb saat ini masih mengandalkan jalur itu.
Dengan progres yang kini berjalan lebih terukur, DPUPR optimistis jembatan belly berukuran 46 meter dapat segera digunakan kembali secara penuh. Harapan besar datang dari warga, yang telah lebih dari enam bulan menunggu jembatan darurat ini kembali berfungsi secara optimal. []
Admin04
Berita Borneo Terlengkap se-Kalimantan