NUNUKAN — Dunia pendidikan di perbatasan Kalimantan Utara kembali diguncang kabar mengejutkan. Plafon ruang kelas di SMP Negeri 1 Lumbis, Kabupaten Nunukan, mendadak ambruk saat kegiatan belajar mengajar berlangsung, Sabtu (08/11/2025). Kejadian yang hampir memakan korban itu sontak membuat siswa panik dan berhamburan keluar kelas.
Meski tidak ada korban serius, insiden tersebut menjadi tamparan keras bagi dunia pendidikan di daerah. Bangunan yang baru direhabilitasi pada 2022 itu kini rusak parah, memunculkan pertanyaan soal kualitas proyek pembangunan infrastruktur sekolah di wilayah perbatasan.
Kepala Sekolah SMPN 1 Lumbis, M. Idris, menjelaskan plafon yang ambruk berada di ruang kelas IX C. Saat kejadian, siswa sedang mengikuti pelajaran tematik. “Untungnya tidak ada luka berat. Namun beberapa siswa sempat kami bawa ke puskesmas untuk memastikan kondisi mereka baik-baik saja,” ujar Idris, Senin (10/11/2025).
Idris menuturkan, suara keras terdengar sesaat sebelum plafon berbahan gipsum dengan rangka baja ringan itu runtuh sebagian. Sebagian siswa mengalami syok, sementara satu siswa sempat terpeleset dan mengalami keseleo ringan saat berusaha menyelamatkan diri. “Syukurlah kipas angin yang terpasang di langit-langit sempat menahan material plafon sehingga tidak langsung menimpa seluruh siswa,” katanya.
Ironisnya, insiden serupa bukan kali pertama terjadi di sekolah tersebut. Sebelumnya, bagian teras sekolah juga sempat ambruk pada malam hari di luar jam belajar. Idris menduga, kebocoran atap menjadi penyebab utama melemahnya struktur plafon. “Bangunan ini direhabilitasi tahun 2022. Baru tiga tahun berjalan, tapi sudah ada tanda-tanda kerusakan. Saya khawatir kalau tidak segera diperbaiki bisa membahayakan siswa lagi,” ujarnya.
Pihak sekolah telah melaporkan kejadian ini ke Dinas Pendidikan, UPTD, hingga Wakil Bupati Nunukan. Idris juga diminta melakukan pemantauan rutin terhadap kondisi ruang kelas lainnya yang menunjukkan tanda-tanda keretakan. “Saya diminta memastikan tidak ada lagi ruang yang berpotensi roboh. Beberapa ruang lain juga kondisinya mirip, jadi kami terus waspada,” ungkapnya.
Selain soal keamanan, Idris juga menyoroti keterbatasan fasilitas sekolah yang belum mendukung sistem enam hari belajar yang baru diterapkan atas permintaan orang tua siswa. “Sarana untuk kegiatan full day tidak memadai, guru juga kelelahan. Padahal kami kembali ke enam hari agar lebih efektif,” bebernya.
Menanggapi kejadian itu, Sekretaris Dinas Pendidikan Nunukan, H. Ambo Tuo, memastikan pihaknya segera menindaklanjuti laporan tersebut. Ia mengakui kerusakan plafon serupa juga terjadi di beberapa sekolah lain di Nunukan dan Sebatik.
“Masalahnya terletak pada material bangunan dan pemasangan rangka baja ringan yang kurang kuat. Beberapa baut tidak menggigit sempurna pada rangka, jadi saat ada getaran atau rembesan air, plafon mudah lepas,” jelas Ambo Tuo.
Ia menegaskan, perbaikan akan diprioritaskan bagi sekolah yang paling rawan, sekaligus melakukan evaluasi terhadap kontraktor pelaksana proyek rehabilitasi tahun 2022. “Kita tidak ingin kejadian seperti ini terulang. Keselamatan siswa harus jadi prioritas utama, itu tanggung jawab bersama,” tegasnya.
Insiden ini menjadi pengingat keras bahwa di tengah semangat pemerintah meningkatkan mutu pendidikan, pengawasan kualitas bangunan sekolah tidak boleh diabaikan. Sebab, keselamatan siswa adalah fondasi utama sebelum bicara prestasi. []
Admin03
Berita Borneo Terlengkap se-Kalimantan