Sopir Minta Waspada Saat Lewati Gunung Hantu

BONTANG – Jalur menanjak yang dikenal dengan sebutan Gunung Hantu di Jalan Poros Bontang–Samarinda terus menjadi sorotan para pengguna jalan. Meski hanya berupa bukit dengan kontur berkelok, kawasan ini sudah lama mendapat reputasi sebagai titik rawan bagi kendaraan, khususnya truk bermuatan berat.

Lokasi Gunung Hantu berada di Kilometer 27, tak jauh dari Tugu Equator di Desa Santan Ulu, Kecamatan Marangkayu, Kabupaten Kutai Kartanegara. Walaupun secara administratif termasuk wilayah Kukar, pengawasan arus lalu lintas di jalur ini berada di bawah Polres Bontang.

Nama Gunung Hantu kerap disebut-sebut setiap kali terjadi insiden kendaraan gagal menanjak. Hampir semua kasus melibatkan truk dari arah Samarinda yang tak mampu melewati tanjakan. Salah satunya terjadi pada Selasa, 22 September 2025, saat sebuah truk trailer bermuatan pompa melintang dan mengakibatkan kemacetan panjang.

Para pengemudi mengaku jalur ini menuntut kewaspadaan tinggi. Kondisi jalan yang kerap rusak membuat kendaraan perlu tenaga ekstra. Meski sempat dilakukan perbaikan, kerusakan kembali muncul akibat dilalui angkutan berat, mulai dari batubara, sawit, hingga alat berat.

Samsuddin, sopir pikap pembawa ikan, menuturkan bahwa etika berkendara sangat penting ketika melintas di jalur tersebut. “Perlu saling memahami sebenarnya. Kalau ada truk mau nanjak, lebih baik tunggu dulu di belakang sampai selesai. Jangan dipaksakan,” katanya, Rabu (24/09/2025).

Ia menduga nama Gunung Hantu muncul karena seringnya kecelakaan di lokasi ini. “Jalurnya tidak tinggi, tapi berkelok. Kalau jalan rusak, pengendara harus benar-benar siap ambil ancang-ancang,” tambahnya.

Hal senada disampaikan Fahri, sopir truk elpiji. Ia menilai kontur jalur tersebut memang tidak panjang, namun cukup menantang karena kendaraan dari arah Bontang tidak langsung terlihat. “Kalau bawa muatan, mesin pasti meraung. Sama seperti dulu di Gunung Menangis, tapi jalannya sudah dipangkas dan diperbaiki, jadi lebih aman sekarang,” ungkapnya.

Dikonfirmasi terpisah, Panit 1 Unit 3 PJR Perangat Dirlantas Polda Kaltim, Ipda Budi Jatmiko, membenarkan bahwa jalur itu rawan masalah. Menurutnya, rambu peringatan sudah banyak dipasang, begitu pula dengan turap di sisi tebing yang curam. Namun, kondisi kendaraan tetap menjadi faktor utama. “Sisi tebing yang curam sudah dipasang turap, tapi yang penting juga kondisi kendaraan. Itu sangat menentukan,” tegasnya.

Gunung Hantu kini menjadi perhatian bukan hanya karena kontur jalannya, melainkan juga karena besarnya dampak jika terjadi insiden. Bagi para sopir, melewati jalur ini bukan sekadar urusan keterampilan, tetapi juga kesabaran dan saling pengertian antar-pengguna jalan. []

Admin03

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com