MAHAKAM ULU – Masyarakat di hulu Sungai Mahakam kembali menghadapi lonjakan harga bahan pangan akibat kondisi sungai yang surut saat musim kemarau. Warga menilai situasi ini terjadi karena belum adanya mitigasi konkret dari pemerintah daerah maupun pusat meskipun kejadian tersebut berulang setiap tahun.
”Setiap tahun kami selalu menghadapi harga bahan pangan melonjak dan nyawa terancam saat bepergian melalui sungai,” ujar Lawing (60), warga Desa Long Tuyoq, Kecamatan Long Pahangai, Rabu (30/07/2025).
Kondisi serupa turut dialami warga di Kecamatan Long Apari, yang bersama Long Pahangai menjadi dua kecamatan terluar di Kalimantan Timur dan mengandalkan Sungai Mahakam sebagai satu-satunya jalur transportasi. Saat permukaan sungai turun, perahu sulit melintas, biaya angkut membengkak, dan harga kebutuhan pokok ikut melambung.
Salah satu kebutuhan dasar seperti beras, menurut warga, kini dijual seharga Rp 1,2 juta per karung ukuran 25 kilogram. Di sisi lain, mobilitas penduduk juga terhambat karena batuan yang muncul akibat surutnya air menciptakan riam-riam berbahaya. Pada Senin (28/07/2025), sebuah perahu cepat terbalik di sekitar Long Pahangai. Meski tidak menelan korban, peristiwa tersebut menambah daftar panjang kekhawatiran warga.
”Ini peristiwa tahunan, semestinya sudah ada antisipasi sebelum kemarau. Kaltim ini tempat pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN), tapi masih ada warga yang menderita seperti kami,” ucap Lawing mengeluh.
Wakil Ketua Umum Masyarakat Transportasi Indonesia, Djoko Setijowarno, mengungkapkan bahwa pada 2019, Mahakam Ulu hanya memiliki 18 kilometer jalan beraspal dari total 737,587 kilometer jaringan jalan. Ia menilai mahalnya biaya logistik merupakan dampak langsung dari keterbatasan akses darat dan minimnya moda transportasi alternatif.
Menurut Djoko, moda sungai tetap menjadi andalan meskipun biayanya tinggi. Di Mahakam Ulu, harga semen bisa mencapai Rp 500.000 per zak. Ia menyarankan pemerintah daerah dan provinsi mempertimbangkan pengadaan kapal hovercraft seperti yang telah dilakukan oleh Pemerintah Provinsi Aceh.
”Mestinya Pemprov Kaltim bisa tiru Provinsi Aceh yang beli tiga kapal penyeberangan untuk pulau-pulau di Aceh. APBD Kaltim mampu untuk membeli kapal hovercraft,” kata Djoko.
Menanggapi situasi tersebut, Wakil Bupati Mahakam Ulu Yohanes Avun menyampaikan bahwa pemerintah kabupaten telah menetapkan status siaga darurat bencana kemarau. Penetapan ini menjadi dasar untuk mengakses dana tak terduga serta mengatur langkah penanganan.
“Antisipasi ke depan, Dinas PUPR Mahakam Ulu ditugaskan memperbaiki jalan Ujoh Bilang ke Long Pakaq, membuka jalan dari Long Pakaq ke Tiong Ohang dan Tiong Ohang ke Long Apari,” kata Avun.
Ia juga menginformasikan bahwa pemerintah akan membangun gudang depo logistik di Bandara Datah Dawai untuk menyimpan cadangan pangan. Sementara itu, untuk mengurangi risiko transportasi sungai, pemerintah berencana menjalin kerja sama dengan perusahaan kayu di sekitar Mahakam atas guna memanfaatkan jalur logging sebagai akses alternatif bagi warga dan distribusi barang.
”Berkoordinasi untuk penggunaan jalan logging perusahaan sehingga penumpang dan barang dapat diangkut dengan truk/mobil. Tidak perlu melewati riam panjang,” kata Avun.[]
Admin05
Berita Borneo Terlengkap se-Kalimantan