Swiss Pimpin Lonjakan Ekspor RI Berkat Perjanjian EFTA

JAKARTA – Indonesia kembali mencatat surplus dalam neraca perdagangannya pada Juni 2025 dengan nilai sebesar US$ 4,10 miliar. Surplus ini menandai keberhasilan Indonesia mempertahankan tren positif dalam perdagangan luar negeri selama 62 bulan berturut-turut sejak Mei 2020. Hal tersebut disampaikan oleh Menteri Perdagangan Budi Santoso dalam konferensi pers di Auditorium Kementerian Perdagangan, Jakarta, pada Senin (04/08/2025).

“Secara kumulatif, neraca perdagangan Indonesia periode semester I-2025 adalah US$19,48 miliar atau lebih tinggi dibandingkan tahun lalu, yaitu US$15,58 miliar,” ujar Budi.

Selama enam bulan pertama tahun ini, total ekspor nasional mencapai US$ 135,41 miliar. Angka tersebut menunjukkan pertumbuhan sebesar 7,70 persen secara kumulatif dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Pertumbuhan ini melampaui target ekspor tahunan yang dipatok sebesar 7,10 persen.

“Kinerja ekspor nasional pada semester I-2025 telah menunjukkan perkembangan yang positif yang menjadi sinyal kuat bagi pencapaian target ekspor tahunan,” tegas Budi.

Dari sisi negara mitra dagang, Swiss mencatatkan lonjakan ekspor tertinggi dari Indonesia selama semester I-2025 dengan peningkatan sebesar 111,20 persen. Menurut Budi, lonjakan ini tidak terlepas dari keberadaan perjanjian perdagangan bebas antara Indonesia dengan negara-negara anggota European Free Trade Association (EFTA), yang mencakup Swiss.

“Kalau kita lihat negara tujuan ekspor ini dari top 20 besar ekspor kita yang mengalami pertumbuhan cukup tertinggi yaitu adalah Swiss,” ungkapnya. “Swiss ini adalah bagian dari EFTA, European Free Trade Association, jadi kita mempunyai perjanjian dengan Swiss dan sekitarnya.”

Selain Swiss, beberapa negara lain yang mencatatkan pertumbuhan ekspor signifikan dari Indonesia adalah Arab Saudi (49,53 persen), Thailand (45,20 persen), Bangladesh (38,09 persen), dan Singapura (28,95 persen).

Sementara itu, pertumbuhan ekspor berdasarkan kawasan tertinggi terjadi di Asia Tengah dengan peningkatan mencapai 92,78 persen. Disusul Afrika Barat (57,37 persen), Afrika Timur (52,35 persen), Amerika Selatan (48,76 persen), dan Afrika Selatan (43,62 persen).

Untuk kategori produk nonmigas, beberapa komoditas unggulan menunjukkan pertumbuhan ekspor yang signifikan. Kakao dan olahannya mencatat peningkatan tertinggi sebesar 129,86 persen, diikuti oleh kopi, teh, dan rempah-rempah (86,50 persen), timah dan barang daripadanya (80,88 persen), aluminium dan turunannya (74,35 persen), serta berbagai produk kimia (54,12 persen).[]

Admin05

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com