BEIJING – Sebuah insiden tragis terjadi di Provinsi Guangdong, Tiongkok, ketika seorang pemuda berusia 20 tahun menabrak tiga anggota satu keluarga dengan mobil listrik Tesla yang dikendarainya dalam kecepatan tinggi. Kejadian yang berlangsung pada 2 Oktober itu menyulut kemarahan publik setelah pelaku menunjukkan sikap tidak berperikemanusiaan di tempat kejadian perkara.
Pemuda yang diidentifikasi bernama Liao itu mengemudi dengan kecepatan 129 kilometer per jam di zona yang memiliki batas kecepatan maksimal 40 km/jam. Menurut laporan South China Morning Post, Liao saat itu tengah bertengkar dengan pacarnya dan mengabaikan permintaan sang kekasih untuk memperlambat kendaraan.
Korban yang ditabraknya adalah sebuah keluarga yang sedang menyeberang jalan menuju tempat makan malam. Sang ibu yang berusia 30 tahun dan anak laki-lakinya yang belum genap satu tahun tewas di tempat, sedangkan sang ayah berusia 31 tahun meninggal dalam perjalanan menuju rumah sakit.
“Rasanya dunia runtuh,” ujar Hu, ayah dari korban laki-laki, dikutip dari Elephant News, Kamis (24/04/2025).
“Kami menunggu mereka pulang untuk makan malam. Tapi yang datang malah kabar kematian mereka dari polisi.”
Tragedi ini menjadi lebih memilukan ketika diketahui bahwa Liao tertawa dan bercanda di lokasi kejadian yang penuh darah. Tidak hanya itu, sang ayah pelaku justru menyalahkan kehendak Tuhan atas peristiwa tersebut dan mengancam pihak keluarga korban. “Anak saya membunuh putra Anda adalah kehendak Tuhan. Kalau Anda menuntut anak saya, itu bencana buatan manusia,” katanya.
Keluarga korban dengan tegas menolak tawaran kompensasi sebesar 800.000 yuan atau sekitar Rp1,8 miliar dari keluarga Liao, serta menolak tawaran agar pelaku merawat orang tua korban setelah keluar dari penjara. “Uang itu tidak bisa mengembalikan anak dan cucu saya. Dan bagaimana mungkin kami menerima perawatan dari pembunuh keluarga kami?” kata Hu penuh emosi.
Dalam proses persidangan, Hu menyerukan agar Liao dijatuhi hukuman maksimal. “Satu nyawa untuk tiga nyawa, itu baru adil,” tegasnya. Kasus ini menjadi sorotan nasional dan memicu gelombang kemarahan di media sosial, dengan banyak warganet mendesak agar Liao dihukum setimpal atas perbuatannya yang dinilai sebagai pembunuhan dengan kesadaran penuh. []
Redaksi03