PAPUA – Sepanjang tahun 2024, Provinsi Papua tercatat mengalami 6.644 kasus Tuberkulosis (TBC), menurut laporan yang diterima Dinas Kesehatan Provinsi Papua. Dari jumlah tersebut, 896 kasus melibatkan pasien yang juga terinfeksi HIV/AIDS, sebuah kondisi yang dikenal sebagai koinfeksi TBC-HIV. Hal ini disampaikan oleh Pelaksana Tugas Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Papua, dr. Arry Pongtiku, pada Selasa (15/04/2025).
Menurut dr. Arry, tingginya angka kasus HIV di Papua berperan besar dalam peningkatan jumlah penderita TBC. “Masalahnya, kalau penyakit HIV tinggi, maka pasien gampang kena TBC,” katanya. Selain itu, faktor lain yang turut mempengaruhi adalah meningkatnya prevalensi diabetes yang semakin banyak ditemukan di kalangan masyarakat, yang turut memengaruhi rentannya tubuh terhadap infeksi TBC.
Kota Jayapura dan Kabupaten Jayapura menjadi dua wilayah dengan angka koinfeksi TBC-HIV tertinggi. Dari 896 kasus TBC disertai HIV yang tercatat, Kota Jayapura menduduki peringkat pertama dengan 390 kasus, disusul oleh Kabupaten Jayapura dengan 275 kasus dan Kabupaten Biak Numfor dengan 107 kasus. Koinfeksi ini terjadi karena HIV dapat menurunkan daya tahan tubuh, memudahkan TBC untuk berkembang.
Di sisi lain, meski Dinas Kesehatan Provinsi Papua mendapat target penanganan TBC sebesar 11.646 kasus dari Kementerian Kesehatan, hingga akhir 2024, baru tercatat 6.644 kasus yang berhasil ditemukan, setara dengan 55 persen dari target yang ditetapkan. Kota Jayapura menjadi daerah dengan jumlah kasus TBC tertinggi, mencapai 2.987 kasus, diikuti oleh Kabupaten Jayapura dengan 1.561 kasus. Beberapa wilayah lain juga melaporkan angka yang signifikan, seperti Kepulauan Yapen dengan 722 kasus dan Biak Numfor dengan 697 kasus.
Untuk tahun 2025, Provinsi Papua kembali mendapatkan target yang sama dengan tahun lalu, yakni menemukan lebih banyak kasus TBC. Arry menekankan pentingnya upaya lebih keras untuk mencapai target nasional, yaitu 85 persen, agar proses eliminasi TBC bisa terlaksana pada tahun 2030.
“Masih banyak tantangan dalam menemukan kasus TBC, terutama dengan penemuan yang masih di bawah target. Kami mengimbau masyarakat untuk segera memeriksakan diri jika mengalami batuk yang berlangsung lebih dari dua minggu,” ujarnya.
Dinas Kesehatan Provinsi Papua juga mencatat bahwa sebanyak 951 kasus TBC ditemukan pada anak-anak di bawah usia 15 tahun, yang sering kali terinfeksi melalui kontak dekat dengan orang tua atau anggota keluarga yang terjangkit TBC.
Pemerintah terus berupaya untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya deteksi dini dan penanganan TBC agar target eliminasi pada 2030 bisa tercapai. []
Redaksi03