Tak Minum Alkohol, Trump Sebut Dirinya Berpotensi Jadi Pecandu

NEW YORK – Pernyataan Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengenai kepribadiannya kembali menjadi sorotan publik internasional. Kali ini, perhatian tertuju pada pengakuan Trump yang menyebut dirinya memiliki kecenderungan kepribadian adiktif, sebuah karakter yang ia samakan dengan sifat pecandu alkohol, meskipun ia mengaku sama sekali tidak mengonsumsi minuman beralkohol.

Pengakuan tersebut disampaikan Trump sebagai respons atas komentar Kepala Staf Gedung Putih, Susie Wiles, yang sebelumnya menyebut sang presiden memiliki karakter layaknya seorang pecandu. Trump menanggapi pernyataan itu dalam wawancara pada Selasa (16/12/2025).

“Maksudnya adalah saya begini, saya tak minum alkohol,” kata dia kepada New York Post.

Trump kemudian menjelaskan bahwa keputusannya untuk tidak mengonsumsi alkohol bukan tanpa alasan. Ia menyadari kecenderungan pribadinya yang sangat fokus dan ekstrem terhadap sesuatu.
“Jadi, semua orang tahu itu, tapi saya sering mengatakan jika saya minum, saya akan punya peluang besar untuk menjadi pecandu alkohol. Saya sudah mengatakan itu berkali-kali soal diri saya sendiri.”

Menurut Trump, kepribadian tersebut bersifat sangat kuat dan cenderung adiktif. Ia bahkan menyebut dirinya beruntung karena tidak terjerumus pada kebiasaan minum alkohol.
“Saya beruntung saya bukan peminum. Jika, saya peminum, saya mungkin akan sangat kecanduan, karena saya sudah mengatakan, apa kata yang tepat? Bukan posesif, tetapi kepribadian yang posesif dan adiktif.”

Pernyataan Trump tersebut sejalan dengan komentar Susie Wiles dalam wawancara bersama Vanity Fair. Wiles menilai Trump memiliki sikap yang seolah tidak mengenal batas dan selalu yakin dapat melakukan apa pun.
“Artinya dia bertindak seolah tidak ada yang tak bisa dia lakukan,” kata Wiles.

Namun, artikel Vanity Fair itu memicu kontroversi di internal Gedung Putih. Wiles secara terbuka membantah isi pemberitaan dan menuding artikel tersebut disusun dengan maksud politis untuk menjatuhkan pihak tertentu.
“Konteks penting diabaikan dan banyak hal yang saya dan orang lain katakan soal tim dan presiden, tidak dimasukkan dalam berita,” ucap dia.

Di sisi lain, Vanity Fair bersikukuh bahwa seluruh pernyataan yang dimuat telah sesuai dengan hasil wawancara narasumber. Media tersebut menegaskan tidak ada manipulasi atau penghilangan konteks dalam laporan mereka.

Kontroversi ini kembali membuka diskusi publik mengenai gaya kepemimpinan Trump yang dikenal agresif, penuh keyakinan diri, dan sering kali memicu perdebatan. Bagi pendukungnya, karakter tersebut dianggap sebagai kekuatan. Namun bagi para pengkritik, pengakuan Trump justru memperkuat anggapan bahwa pendekatan kepemimpinannya sarat risiko dan sulit dikendalikan. []

Admin04

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com