BERAU – Situasi peredaran narkoba di Kabupaten Berau kian mengkhawatirkan. Dalam kurun empat bulan terakhir, Satuan Reserse Narkoba Polres Berau mencatat 43 kasus dengan 54 tersangka dan total barang bukti lebih dari 3,7 kilogram sabu.
Kasat Resnarkoba Polres Berau, AKP Agus Priyanto, menegaskan bahwa kondisi ini sudah masuk kategori darurat. “Kami anggap situasi ini sudah merah. Dari waktu ke waktu, ada peningkatan, baik peningkatan pengungkapan yang kami lakukan maupun peningkatan peredarannya,” ungkap Agus, Kamis (02/10/2025).
Menurutnya, hampir seluruh polsek di wilayah hukum Polres Berau kini telah menangani perkara narkotika. Fakta tersebut menunjukkan peredaran sabu tidak lagi terpusat di wilayah tertentu, melainkan sudah menyebar hingga ke tingkat kecamatan dan kampung. “Artinya, setiap kecamatan ada kasus narkoba,” jelasnya.
Dari hasil pemetaan, Kecamatan Tanjung Redeb menjadi wilayah paling rawan dengan kasus tertinggi. “Kalau sebaran paling rawan itu masih di Tanjung Redeb selaku ibu kota kabupaten,” katanya.
Fenomena ini memunculkan pertanyaan mengenai efektivitas hukum dalam memberikan efek jera. Menanggapi hal tersebut, Agus menilai aturan yang berlaku sudah cukup keras, namun tidak jarang pelaku kembali mengulangi perbuatannya. “Kalau bicara ketegasan hukum, menurut saya undang-undang sudah luar biasa. Tapi kembali lagi ke pribadi masing-masing. Ada yang baru bebas beberapa bulan, sudah mengulangi lagi. Jadi, banyak faktor yang memengaruhi,” ujarnya.
Faktor ekonomi disebut menjadi pemicu terbesar. Keuntungan besar dari hasil transaksi membuat sebagian orang tergoda meski sadar akan risiko berat yang mengancam. “Kenapa ekonomi sangat berpengaruh? Karena keuntungan yang didapat memang besar. Tapi, keuntungan itu sebanding dengan risiko yang harus mereka tanggung,” tambahnya.
Lebih memprihatinkan lagi, peredaran sabu di Berau kini melibatkan hampir semua kalangan, mulai dari pekerja bangunan, pekerja perkebunan, guru, bahkan pelajar. “Sekarang tidak bisa lagi bilang sabu hanya dikonsumsi kalangan tertentu. Semua lapisan bisa terpengaruh, kecuali balita. Inilah yang membuat kami katakan Indonesia darurat narkoba,” pungkasnya. []
Admin04
Berita Borneo Terlengkap se-Kalimantan