Teknologi AI Masuk Sekolah di Bulungan

BULUNGAN – Kabupaten Bulungan di Provinsi Kalimantan Utara mencatat tonggak sejarah baru dalam dunia pendidikan nasional. Daerah ini disebut sebagai wilayah pertama di Indonesia yang secara sistematis dan masif menerapkan teknologi kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI) untuk mendukung layanan pendidikan inklusif.

Peluncuran dua program strategis yang menjadi bagian dari inisiatif ini berlangsung pada pekan lalu. Program tersebut meliputi penyediaan alat bantu belajar untuk peserta didik penyandang disabilitas serta peluncuran platform Jejaring Konseling Online atau JEJOO, sebuah sistem konseling berbasis AI yang dirancang agar dapat menjangkau seluruh peserta didik, termasuk yang tinggal di wilayah pedalaman.

Dalam peluncuran program tersebut, Bupati Bulungan, Syarwani, menegaskan bahwa langkah ini merupakan bagian dari visi strategis pemerintah daerah dalam membangun sumber daya manusia unggul melalui pendekatan pembangunan yang inklusif dan berkelanjutan.

Menurutnya, pendidikan inklusif tidak boleh dipandang sebagai beban, melainkan sebagai investasi jangka panjang yang krusial bagi kemajuan daerah. “Kita tidak bisa bicara tentang kemajuan jika masih ada anak-anak yang tertinggal, hanya karena mereka memiliki kebutuhan khusus,” ujar Syarwani.

Dasar pengambilan kebijakan ini berasal dari hasil analisis data Profil Belajar Siswa (PBS) Kabupaten Bulungan tahun 2024. Dari total 43.723 siswa yang tercatat, sebanyak 568 anak teridentifikasi mengalami kesulitan fungsional, mulai dari tingkat ringan hingga berat. Sebanyak 118 alat bantu belajar, seperti kacamata korektif dan alat bantu dengar, dibutuhkan secara mendesak. Tanpa dukungan yang memadai, hanya sekitar 2,8 persen dari mereka yang memiliki peluang untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi.

Bupati Bulungan menambahkan bahwa kehadiran JEJOO tidak hanya sebagai alat bantu digital, melainkan sebagai implementasi konkret dari prinsip Pendidikan Bermutu untuk Semua. Kebijakan tersebut menekankan pentingnya menyediakan akses pendidikan yang adil, relevan, dan berkualitas bagi seluruh anak. “Teknologi ini membantu guru mengenali kebutuhan belajar anak dan merancang pendekatan pembelajaran yang lebih personal dan empatik,” ungkapnya. Dengan kehadiran sistem tersebut, peran guru diperkuat tidak hanya sebagai pengajar, tetapi juga sebagai pendamping tumbuh kembang siswa dari sisi kognitif, sosial, hingga emosional.

Dari tingkat pusat, dukungan juga disampaikan oleh Direktur Pendidikan Khusus dan Layanan Khusus Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah, Saryadi. Ia menyampaikan apresiasi atas terobosan yang dilakukan Kabupaten Bulungan. Menurutnya, langkah ini mencerminkan arah kebijakan pendidikan nasional yang semakin menekankan pentingnya peningkatan akses dan mutu pendidikan bagi kelompok rentan. “Pemanfaatan data Profil Belajar Siswa, kolaborasi lintas sektor, dan integrasi teknologi menjadikan Bulungan sebagai contoh praktik baik pendidikan inklusif yang sistemik, terukur, dan dapat direplikasi di daerah lain,” ujarnya.

Tak hanya dari kementerian pendidikan, dukungan juga datang dari Kementerian Agama. Keterlibatan aktif madrasah dalam program ini diapresiasi karena menunjukkan bahwa penerapan inklusi tidak membedakan jenis maupun status satuan pendidikan, termasuk di daerah terpencil.

Pemerintah Australia melalui program INOVASI (Inovasi untuk Anak Sekolah Indonesia) yang telah bermitra dengan Bulungan sejak 2017, juga turut mendukung inisiatif ini. Konselor Pembangunan Manusia dari Kedutaan Besar Australia, Hannah Derwent, menyampaikan rasa bangganya atas keterlibatan negaranya dalam mendukung transformasi pendidikan inklusif tersebut.

Dalam proses pelaksanaan, Pokja daerah memastikan bahwa seluruh intervensi yang dilakukan berbasis data dan dijalankan secara menyeluruh. “Pendekatan kolaboratif ini menjadikan pendidikan inklusif bukan sekadar kebijakan, tetapi gerakan bersama,” tutur Agus Prayitno, Provincial Manager INOVASI Kalimantan Utara.

Manfaat program ini mulai dirasakan langsung oleh para guru. Nurhayati Luther, guru di SDN 023 Tanjung Selor, mengungkapkan bahwa kehadiran JEJOO sangat membantu dalam merancang metode pembelajaran bagi siswa penyandang disabilitas, terutama yang mengalami hambatan kognitif. Sistem ini secara otomatis menganalisis data siswa dan merekomendasikan metode pengajaran, misalnya melalui media visual untuk anak yang kesulitan memahami instruksi verbal.

“Dengan JEJOO, saya tidak lagi menebak-nebak. Saya merasa lebih percaya diri karena didampingi oleh sistem yang berpihak pada anak,” ungkapnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com