GAZA – Tudingan mengejutkan muncul dari Jalur Gaza dan menambah kompleksitas krisis kemanusiaan di wilayah tersebut. Kantor Media Pemerintah Palestina menyatakan bahwa pusat distribusi bantuan kemanusiaan yang didukung oleh Amerika Serikat dan Israel diduga melakukan pelanggaran serius. Mereka menuduh bahwa narkotika dicampurkan ke dalam kantong tepung yang dibagikan kepada warga Gaza, yang saat ini tengah menghadapi kondisi kelaparan ekstrem.
Gaza Humanitarian Foundation (GHF), sebuah lembaga bantuan yang disebut-sebut didirikan oleh AS dan Israel, dituduh sebagai pihak yang bertanggung jawab atas dugaan ini. Lembaga tersebut baru memulai operasi distribusi makanan di Gaza sejak 26 Mei, setelah sebelumnya distribusi bantuan dari luar ditutup sepenuhnya selama lebih dari dua bulan oleh otoritas Israel.
“Kami sepenuhnya memegang pendudukan Israel bertanggung jawab atas kejahatan ini, yang bertujuan menyebarkan kecanduan dan menghancurkan masyarakat Palestina dari dalam,” demikian pernyataan resmi dari otoritas Palestina, sebagaimana dikutip dari Al Arabiya, Sabtu (28/6/2025).
Dugaan ini diperkuat oleh pernyataan seorang apoteker asal Gaza, Omar Hamad, yang melalui akun media sosial X mengklaim bahwa ia menemukan Oxycodone —obat opioid dengan efek adiktif kuat— di dalam kantong tepung yang dibagikan kepada warga. Ia menyebut zat tersebut tampaknya telah dicampurkan langsung ke dalam bahan makanan pokok.
Menanggapi tuduhan tersebut, Komite Anti-Narkoba di Gaza menyerukan kepada masyarakat untuk berhati-hati dan memeriksa bantuan pangan secara saksama sebelum dikonsumsi. Masyarakat juga diminta untuk segera melaporkan apabila menemukan tanda-tanda zat asing dalam bantuan yang berasal dari pusat distribusi yang disebut-sebut mendapat dukungan dari AS dan Israel.
Sementara itu, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) kembali mengecam tindakan Israel dalam konflik berkepanjangan ini. Dalam pernyataan terbarunya, PBB menyampaikan keprihatinan terhadap penggunaan makanan sebagai alat perang sejak eskalasi dimulai pada Oktober 2023. Organisasi tersebut bahkan meminta Israel untuk menghentikan tembakan terhadap warga Gaza yang sedang mencoba memperoleh bantuan kemanusiaan.
Menurut data dari PBB, lebih dari 410 warga Palestina dilaporkan tewas dan setidaknya 3.000 orang terluka saat berusaha mendekati titik distribusi bantuan. Kantor HAM PBB menyebut bahwa warga Gaza dihadapkan pada situasi ekstrem.
“Warga Gaza yang kelaparan terus dihadapkan pada pilihan tidak manusiawi: mati kelaparan atau mempertaruhkan nyawa demi mendapatkan makanan,” demikian kutipan dari pernyataan tertulis Kantor HAM PBB, menjelang konferensi pers pada Selasa (24/6/2025).
PBB juga menyebutkan bahwa seluruh populasi Gaza kini berada dalam risiko kelaparan, menandai tingginya urgensi penanganan krisis. Di tengah kondisi tersebut, masih belum jelas bagaimana komunitas internasional akan menanggapi tuduhan yang berkembang ini, sementara penderitaan warga sipil terus berlangsung tanpa kepastian akan akhir. []
Admin05