Tiga Kasus Leptospirosis Ditemukan di Tarakan, Dinkes Ingatkan Waspadai Penyakit yang Ditularkan Melalui Tikus

TARAKAN – Sejak awal tahun 2025, sudah ditemukan tiga kasus penyakit Leptospirosis di Tarakan, yang disebabkan oleh bakteri Leptospira interrogans. Bakteri ini ditularkan melalui urine atau darah hewan terinfeksi, terutama tikus, yang dapat masuk ke tubuh manusia melalui luka pada kulit, membran mukosa, atau konjungtiva, ketika terpapar air atau tanah yang terkontaminasi.

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Tarakan, Irwan Yuwanda, mengungkapkan, “Ada tiga korban selama 2025. Januari satu kasus, Alhamdulillah sudah sembuh; Februari satu juga dan sudah sembuh; Maret tidak ada laporan, dan April ada satu kasus saat ini dalam perawatan oleh Puskesmas di Karang Rejo,” ujar Irwan saat ditemui pada Senin (21/4).

Pada tahun 2024, tidak ditemukan kasus leptospirosis, sedangkan pada 2023, meskipun ada temuan kasus, jumlahnya tergolong sedikit, hanya satu hingga dua kasus setiap tahunnya. Berdasarkan hasil pengujian terhadap beberapa ekor tikus di Tarakan, ditemukan bakteri Leptospira di dalam hati tikus, yang menjadi sumber penularan kepada manusia.

Meskipun tidak semua tikus membawa bakteri Leptospira, hampir semua jenis tikus berpotensi menjadi penyebar bakteri ini, seperti tikus rumah, tikus got, tikus sawah, maupun tikus curut. Penularan terjadi ketika tikus kencing di genangan air, lalu manusia yang memiliki luka di tubuhnya kontak langsung dengan air tersebut. Bakteri akan masuk melalui luka dan menyebabkan infeksi.

Irwan melanjutkan, “Rata-rata pasien terpapar karena kontak langsung dengan air yang terinfeksi. Untuk anak yang saat ini sedang dirawat, di sekitar rumahnya banyak tikus. Kasus sebelumnya juga ditemukan pada tenaga kebersihan yang setiap hari mengangkat sampah.” Untuk itu, upaya pencegahan dilakukan dengan edukasi kepada masyarakat agar menjaga kebersihan lingkungan.

Keberadaan tikus di sekitar rumah, menurut Irwan, disebabkan oleh banyaknya sumber makanan, seperti sampah dan bahan makanan yang dibuang sembarangan. Selain itu, sanitasi yang buruk turut menyebabkan meningkatnya jumlah tikus di kawasan tersebut. Oleh karena itu, ia mengimbau masyarakat untuk tidak membuang sampah sembarangan.

Lebih lanjut, Irwan mengingatkan bahwa jika tidak segera ditangani, penyakit leptospirosis dapat berujung pada kematian. “Seperti yang terjadi pada tahun 2021, di mana korban terlambat mengakses fasilitas kesehatan. Penyakit ini bisa disembuhkan jika ditangani dengan cepat,” terangnya. Ciri-ciri khas leptospirosis adalah demam, nyeri betis, dan mata yang menguning jika sudah parah.[]

Redaksi10

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com