JAWA BARAT – Tragedi maut kembali terjadi di jalur Bandung–Subang, tepatnya di Kampung Cileuleuy, Desa Gunungtua, Kecamatan Cijambe, Kabupaten Subang. Sebuah truk tronton bermuatan air mineral dari Jakarta melaju tak terkendali dan menabrak lima kendaraan sekaligus, menewaskan tiga orang di tempat. Peristiwa pada Kamis (09/10/2025) itu memperpanjang daftar hitam kecelakaan akibat lemahnya pengawasan terhadap angkutan berat di Jawa Barat.
Kendaraan yang terlibat antara lain truk tronton bernomor polisi B-9554-KYU, tiga minibus (B-2128-PZU, B-1445-FZX, dan D-1768-RT), sebuah mobil pikap (B-9277-TAB), serta sepeda motor (D-4241-ZFA). Menurut Kabid Humas Polda Jabar Kombes Pol Hendra Rochmawan, truk yang melaju di jalur menurun kehilangan kendali hingga menghantam kendaraan di depannya beruntun.
“Pada saat melaju di jalan yang menurun, menabrak belakang minibus Toyota Avanza N yang dikemudikan DJ, selanjutnya Hino truk tronton menabrak pikap yang dikemudikan ES membawa 8 orang penumpang, lalu menabrak minibus Suzuki Swift yang dikemudikan RN dan Suzuki Swift menabrak motor Honda PCX AK berboncengan dengan Ida. Setelah itu Hino truk tronton menabrak kembali minibus Toyota Calya yang dikemudikan ER yang datang dari arah yang sama,” ujar Hendra.
Akibat kecelakaan tersebut, tiga orang tewas di tempat, masing-masing Minah, Nuriah, dan Imih, yang merupakan penumpang mobil pikap. Lima orang lainnya mengalami luka-luka dan telah dilarikan ke RSUD Ciereng Subang. Sopir truk kini telah ditangkap dan diperiksa lebih lanjut oleh polisi.
Namun, di balik kronologi teknis itu, publik kembali dihadapkan pada realitas suram keselamatan jalan raya. Jalur Bandung–Subang dikenal sebagai rute padat truk berat yang kerap menurun curam dan berisiko tinggi, tetapi hingga kini tak ada solusi nyata dari pemerintah daerah maupun Kementerian Perhubungan untuk menekan potensi kecelakaan beruntun.
Hampir setiap tahun korban jatuh di titik-titik rawan yang sama, sementara alasan klasik seperti “truk rem blong” terus diulang tanpa perbaikan sistemik. Pemeriksaan kelayakan armada sering kali bersifat formalitas, dan pengawasan di lapangan longgar. Sementara itu, para sopir truk terus dipaksa bekerja dalam tekanan waktu dan kondisi kendaraan yang sering tak layak jalan.
“Kasat Lantas Polres Subang AKP Asep Saepudin menyatakan masih mencari penyebab pasti kecelakaan yang merenggut tiga nyawa,” tulis laporan kepolisian. Namun, pertanyaan publik sederhana: berapa banyak nyawa lagi yang harus melayang sebelum pemerintah benar-benar serius memperketat standar keselamatan truk di jalur menurun Subang ini? []
Admin03
Berita Borneo Terlengkap se-Kalimantan