Titiek Soeharto Sebut Polemik Bendera One Piece Masalah Ecek-ecek

JAKARTA – Isu pengibaran bendera bajak laut dari serial manga dan anime One Piece menjelang Hari Kemerdekaan Indonesia terus menjadi bahan perdebatan, tidak hanya di masyarakat umum, tetapi juga di kalangan pejabat negara. Kali ini, respons datang dari anggota parlemen yang juga putri Presiden ke-2 RI, Siti Hediati Soeharto, atau yang lebih dikenal dengan nama Titiek Soeharto.

Berbeda dengan pernyataan pemerintah sebelumnya yang cenderung memberi peringatan keras terhadap penggunaan simbol non-negara dalam momen kenegaraan, Titiek menilai persoalan tersebut tidak perlu dibesar-besarkan. Dalam keterangannya kepada media di Kompleks Parlemen pada Jumat (01/08), ia menyebut bahwa isu ini tergolong remeh dan tidak perlu direspons secara berlebihan.

“Nggak lah, kita negara besar. Hanya itu masalah ecek-ecek lah, nggak usah ditanggapin,” ujar Titiek.

Menurutnya, pemerintah semestinya fokus pada isu-isu yang lebih menyentuh kepentingan rakyat, seperti pengentasan kemiskinan dan peningkatan kesejahteraan.

“Masih banyak yang harus kita kerjakan untuk membangun negeri ini, bagaimana rakyat yang masih miskin bisa kita angkat menjadi hidup sejahtera,” imbuhnya.

Komentar ini muncul di tengah pernyataan tegas dari Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam), Budi Gunawan, yang sebelumnya menyatakan bahwa pengibaran bendera Jolly Roger—simbol dari kelompok bajak laut Topi Jerami dalam One Piece—berpotensi mengganggu kewibawaan negara bila dilakukan dengan unsur kesengajaan dan provokasi.

“Pemerintah akan mengambil tindakan hukum secara tegas dan terukur jika ada unsur kesengajaan dan provokasi demi memastikan ketertiban dan kewibawaan simbol-simbol negara,” ujar Budi dalam keterangan resmi di Jakarta.

Ia juga menegaskan bahwa pemerintah tidak menolak kreativitas publik dalam merayakan Hari Kemerdekaan, tetapi perlu ada batas agar tidak mencederai nilai-nilai nasionalisme.

“Pemerintah mengapresiasi ekspresi kreativitas untuk memperingati Hari Kemerdekaan, sekaligus mengimbau agar bentuk-bentuk ekspresi tersebut tidak melanggar batas dan mencederai simbol negara,” tegasnya.

Selain itu, Budi juga mengungkap kekhawatiran terkait dugaan adanya agenda tersembunyi di balik penggunaan simbol-simbol fiksi tersebut. Menurutnya, ada kelompok yang sengaja memanfaatkan momen ini untuk merusak citra dan nilai-nilai perjuangan nasional.

“Kami mencermati dengan serius adanya provokasi dari sebagian kelompok untuk menurunkan marwah bendera perjuangan kita dan mengganti dengan bendera simbol-simbol fiksi tertentu,” tambahnya.

Pernyataan berseberangan antara Titiek Soeharto dan Budi Gunawan memperlihatkan bahwa polemik ini tidak hanya menyentuh ranah budaya populer, tetapi juga mencerminkan perbedaan cara pandang dalam memaknai nasionalisme dan simbol kenegaraan di era modern. Sementara sebagian kalangan menganggap pengibaran bendera One Piece hanya bentuk kecintaan pada budaya Jepang, lainnya menilai tindakan tersebut sebagai ancaman terhadap wibawa nasional jika tidak ditangani secara bijaksana.[]

Admin05

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com