TAIPEI – Topan Ragasa kembali menegaskan statusnya sebagai siklon tropis paling mematikan tahun ini. Hingga Rabu (24/9/2025), otoritas Taiwan mengonfirmasi 14 orang meninggal dunia dan 46 lainnya masih hilang. Jumlah korban sempat dilaporkan lebih tinggi, namun kemudian direvisi oleh pihak pemadam kebakaran setelah ditemukan adanya data ganda.
Hantaman Ragasa membawa hujan lebat ke wilayah timur Taiwan. Curah hujan ekstrem membuat sejumlah sungai dan danau meluap, termasuk di Kabupaten Hualien yang menjadi salah satu daerah paling terdampak. Genangan air merusak infrastruktur jalan, mengisolasi beberapa desa, dan memutus akses listrik serta jaringan komunikasi.
“Jumlah korban tewas direvisi dari 17 menjadi 14, karena terdapat informasi ganda dalam laporan awal,” demikian keterangan resmi dari otoritas pemadam kebakaran Taiwan.
Di Hualien, upaya pemulihan mulai berlangsung ketika air surut. Relawan, aparat, dan warga bergotong-royong membersihkan lumpur dari jalan serta bangunan. Kendaraan berat dikerahkan untuk mengangkut puing, sementara tim medis darurat memberikan bantuan bagi mereka yang selamat.
Meski aktivitas pemulihan berjalan, tantangan besar masih menghadang. Puluhan orang belum ditemukan, dan operasi pencarian terus dilakukan di wilayah yang aksesnya sulit dijangkau. Cuaca yang masih labil menambah risiko baru berupa tanah longsor di kawasan pegunungan.
Pemerintah pusat menegaskan bahwa semua sumber daya dikerahkan untuk mempercepat pencarian korban dan memulihkan kehidupan masyarakat. Bantuan darurat, termasuk logistik dan peralatan berat, diprioritaskan ke daerah yang paling parah terkena dampak.
Bencana ini memperlihatkan betapa rentannya Taiwan terhadap ancaman badai tropis. Dengan letak geografis yang langsung berhadapan dengan Samudra Pasifik, pulau ini kerap menjadi jalur lintasan topan. Ragasa, yang sebelumnya juga memicu korban jiwa di wilayah lain, meninggalkan catatan kelam tentang dampak perubahan iklim yang memperparah intensitas badai di kawasan Asia Timur. []
Admin04
Berita Borneo Terlengkap se-Kalimantan