Tradisi Bakcang Pontianak Bisa Jadi Daya Tarik Wisata Budaya

PONTIANAK — Perayaan Hari Bakcang kembali mewarnai Sungai Kapuas dengan semarak, (31/05/2025). Festival tahunan ini tidak hanya menjadi tradisi warga Tionghoa di Kota Pontianak, tetapi juga berpotensi berkembang menjadi atraksi wisata budaya yang inklusif.

Anggota DPRD Kota Pontianak, Yandi, menyampaikan harapannya agar festival ini bisa lebih dari sekadar acara seremonial, melainkan menjadi tontonan publik yang menyatukan berbagai kalangan.

“Kami ingin festival bakcang ini menjadi acara yang memasyarakat, tidak eksklusif bagi satu golongan. Harus bisa dinikmati semua orang, tanpa membedakan etnis dan agama,” ujarnya, (30/5/2025).

Festival ini dimulai pukul 10.30 WIB dari Pelabuhan Seng Hie, dengan iring-iringan kapal yang menyusuri Sungai Kapuas. Dalam tradisi Tionghoa, Hari Bakcang mengenang sosok patriot yang dihormati rakyatnya dan mengakhiri hidupnya dengan terjun ke sungai karena tekanan politik. Untuk menjaga jasadnya dari binatang sungai, warga kala itu membuat bakcang dan melemparkannya ke air.

“Pikiran orang zaman dulu, kalau ikan diberi bakcang, maka jasad tokoh itu tidak akan dimakan. Itulah asal muasalnya,” jelas Yandi.

Yandi juga menyinggung mitos yang masih dipercaya sebagian warga, bahwa pada pukul 12.00 siang saat arus sungai diyakini berhenti sejenak, air Sungai Kapuas yang diambil bisa membawa manfaat.

“Orang-orang zaman dulu menyimpan air itu. Kalau ada yang sakit, air itu digunakan untuk mandi karena dipercaya membawa kebaikan,” tambahnya.

Festival Bakcang di Pontianak sendiri sudah rutin digelar sejak satu dekade terakhir atas inisiatif komunitas Koko Meimei. Kegiatan ini juga dihadiri oleh belasan anggota DPRD yang ikut menyusuri sungai dari atas kapal, menunjukkan dukungan terhadap potensi budaya lokal.

Selain prosesi penghormatan dan taburan bakcang ke sungai, festival juga diwarnai perang air dan aktivitas mandi bersama di tepian Sungai Kapuas. Yandi menilai, momen ini bisa dikembangkan menjadi agenda wisata tahunan berskala luas.

“Harusnya pemerintah melalui Disporapar bisa lebih serius mengelola potensi ini. Jangan hanya menyerahkan ke pihak komunitas dan menjadikannya seremonial belaka. Festival ini bisa jadi ikon wisata budaya Kota Pontianak,” tegasnya.

Menurutnya, keterlibatan pemerintah sangat penting untuk menjadikan perayaan ini bagian dari kalender pariwisata daerah, sehingga bisa memberikan dampak ekonomi dan mempererat kebinekaan di masyarakat. [] Adm04

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com
X