SAMARINDA – Di tengah meroketnya harga bahan pokok, seorang pedagang bubur kacang hijau (Burjo) di Perumahan Bengkuring, Samarinda Utara, tetap menjaga harga Rp6.000 per gelas sejak lima tahun terakhir. Dialah Usman, pria paruh baya yang setiap hari setia menjajakan dagangannya di kawasan permukiman tersebut.
Usman mengungkapkan, harga jual itu tidak pernah berubah sejak pertama kali berjualan, meski santan, gula, dan kacang hijau beberapa kali mengalami kenaikan harga. Ia memilih tetap stabil agar pembeli setia tidak kehilangan kesempatan menikmati buburnya.
“Sudah lima tahun saya jual Rp6.000 per gelas. Kalau dinaikkan, kasihan pelanggan tetap. Mereka sudah terbiasa dengan harga segitu,” ujar Usman, Rabu (05/11/2025).
Resep bubur kacang hijau Usman murni hasil belajar otodidak. Ia mulai meracik buburnya sendiri dan terus menyesuaikan rasa agar tetap digemari pelanggan.
“Dulu saya coba-coba sendiri sampai ketemu rasa yang pas. Sekarang alhamdulillah banyak yang cocok, bahkan ada pelanggan yang sudah langganan bertahun-tahun,” tuturnya sambil tersenyum.
Setiap hari, Usman menghabiskan 2,5–3 kilogram kacang hijau untuk membuat bubur. Penjualan pun dipengaruhi cuaca. Saat hujan atau mendung, lebih banyak pembeli; sedangkan cuaca panas, kadang hanya habis 2,5 kilogram.
Selain bubur kacang hijau, Usman menawarkan topping tambahan seperti ketan hitam atau es batu tanpa menaikkan harga. Ia berjualan pukul 07.00 hingga menjelang siang, dan dagangannya sering habis sebelum tengah hari.
“Pendapatan tidak selalu stabil, tapi alhamdulillah cukup untuk kebutuhan sehari-hari keluarga, makan, dan bayar sekolah anak. Rezeki sudah ada yang atur,” jelasnya.
Keberadaan pedagang seperti Usman menjadi daya tarik tersendiri bagi warga Perumahan Bengkuring, yang mengaku senang masih bisa menikmati jajanan tradisional dengan harga terjangkau di tengah kondisi ekonomi yang tidak menentu. []
Penulis: Guntur Riyadi | Penyunting: Rasidah
Berita Borneo Terlengkap se-Kalimantan