GAZA – Sedikitnya 20 orang dilaporkan tewas dalam peristiwa penyerbuan yang terjadi di pusat distribusi makanan milik Yayasan Kemanusiaan Gaza (Gaza Humanitarian Foundation/GHF) di Khan Younis, wilayah selatan Jalur Gaza, Rabu pagi (16/07/2025). GHF, lembaga yang mendapat dukungan dari Amerika Serikat dan Israel, menyebut insiden itu sebagai tragedi yang terjadi akibat situasi kerumunan yang tidak terkendali.
Menurut keterangan resmi GHF, 19 orang meninggal akibat terinjak-injak, sementara satu orang lainnya tewas karena ditikam. Yayasan tersebut menyebut bahwa kekacauan itu dipicu oleh pihak-pihak yang disebut sebagai “agitator di dalam kerumunan” yang diduga memiliki afiliasi dengan kelompok Hamas.
“Kami memiliki alasan yang kredibel untuk meyakini bahwa elemen-elemen di dalam kerumunan — yang bersenjata dan berafiliasi dengan Hamas — sengaja mengobarkan kerusuhan,” demikian pernyataan GHF yang dikutip dari UPI. Pihak yayasan juga menyebut bahwa, untuk pertama kalinya sejak program mereka berjalan, personel mereka melihat senjata api di antara kerumunan. Bahkan, seorang pekerja asal Amerika dilaporkan sempat diancam dengan senjata api oleh seseorang dari kerumunan.
Sementara itu, GHF juga menuding bahwa misinformasi yang beredar luas di media sosial terkait fasilitas mereka di Wadi Gaza dan Tal Sultan di Rafah telah memperkeruh keadaan. Menurut mereka, informasi palsu itu mendorong warga mendatangi lokasi yang telah tidak aktif, sehingga menciptakan kerumunan besar dan berujung pada kekacauan.
Namun, laporan berbeda disampaikan surat kabar Haaretz di Israel. Media tersebut menyebutkan bahwa kekacauan dipicu oleh tindakan petugas GHF sendiri yang melemparkan tabung gas air mata ke arah kerumunan.
GHF diketahui mempekerjakan kontraktor keamanan bersenjata guna menjaga fasilitas dan mengendalikan situasi. Sejak mulai beroperasi pada Mei, kantor hak asasi manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa melaporkan bahwa 674 orang telah tewas di sekitar fasilitas yang dikelola GHF, baik karena terkena tembakan maupun mengalami luka parah dalam bentrokan.
Tragedi pada Rabu ini terjadi di tengah gelombang kritik terhadap yayasan tersebut. Seorang pejabat senior GHF, Shahar Segal, yang juga dikenal sebagai pengusaha restoran di Israel dan Australia, mengundurkan diri pada Selasa (15/07/2025) menyusul boikot dan serangan terhadap sejumlah usahanya.
Segal, yang juga pemilik restoran berbintang Michelin di New York, mengalami tekanan setelah keterlibatannya di GHF memicu kemarahan publik. Restoran Miznon miliknya di Melbourne sempat diserang massa, menyebabkan kerusakan dan tiga orang kini menghadapi proses hukum.
Media hiburan Teder di Tel Aviv, tempat salah satu restoran Segal beroperasi, menyatakan penolakan tegas terhadap GHF. “Bantuan kemanusiaan tidak boleh digunakan sebagai alat kontrol atas warga sipil, dan orang-orang tidak boleh mati hanya demi mendapatkan sedikit tepung,” tulis Teder dalam pernyataan di media sosial.
GHF menyebut pengunduran diri Segal merupakan bagian dari restrukturisasi internal lembaga, dan tidak berkaitan langsung dengan tekanan eksternal. Segal sendiri belum memberikan tanggapan atas keputusannya mundur. Sebelumnya, dua pejabat tinggi GHF lainnya, Jake Wood dan David Burke, telah lebih dulu mengundurkan diri karena menganggap program tersebut tidak sesuai dengan prinsip-prinsip kemanusiaan internasional.
Di sisi lain, Israel menyatakan bahwa keberadaan GHF ditujukan untuk mencegah penyelewengan bantuan oleh Hamas. Namun, PBB dan sejumlah lembaga kemanusiaan menolak inisiatif tersebut dengan alasan pelanggaran terhadap prinsip netralitas dan penggunaan bantuan sebagai instrumen politik.[]
Admin05
Berita Borneo Terlengkap se-Kalimantan