SAMBAS – Kabupaten Sambas berduka setelah seorang anak berkebutuhan khusus berinisial E (6 tahun), warga Desa Sebatuan, ditemukan tewas mengapung di Sungai Sebangkau, Senin (7/7/2025) pagi sekitar pukul 09.45 WIB. Kapolsek Pemangkat Ajun Komisaris Polisi (AKP) Ronald Deny Napitupulu mengonfirmasi korban adalah anak difabel yang tidak mampu berenang. “Korban diketahui merupakan anak dengan kebutuhan khusus, dan tidak memiliki kemampuan berenang,” jelasnya.
Pencarian intensif dilakukan sejak Minggu (6/7/2025) malam setelah keluarga melaporkan kehilangan. Tim gabungan dari Polsek Pemangkat, warga, dan keluarga akhirnya menemukan jasad korban sekitar 100 meter dari Vihara Tri Dharma Buddha Tri Mulia Bakti Sebangkau. “Korban akhirnya berhasil ditemukan mengapung di sungai, sekitar 100 meter dari kawasan Vihara Tri Dharma Buddha Tri Mulia Bakti Sebangkau,” papar AKP Ronald.
Menurut rekam jejak, korban terakhir kali terlihat saat mengikuti ibunya ke vihara tempat ayahnya bekerja. Saat hendak dijemput, anak itu telah menghilang. Hasil visum di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Pemangkat menunjukkan tidak ada tanda kekerasan dan korban diperkirakan meninggal kurang dari 24 jam sebelum ditemukan.
AKP Ronald menyampaikan belasungkawa sekaligus peringatan. “Kejadian ini pun diharap jadi pelajaran semua pihak. Para orang tua harus meningkatkan pengawasan kepada anak guna mencegah hal-hal yang tak diinginkan,” tegasnya.
Tragedi ini menyoroti kerentanan anak berkebutuhan khusus terhadap risiko kecelakaan, terutama di area berbahaya seperti sungai. Data Pusat Data dan Informasi (Pusdatin) Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA) mencatat, anak difabel memiliki risiko 3 kali lebih tinggi mengalami kecelakaan akibat minimnya pengawasan spesifik.
Masyarakat Desa Sebatuan berduka atas insiden ini. Tokoh setempat, Ahmad Yani, mendorong pemerintah desa membuat program pengawasan kolektif untuk anak difabel. “Kami akan koordinasi dengan dinas sosial untuk memberikan pelatihan khusus bagi orang tua dan pendamping,” ujarnya.
Kasus ini menjadi pengingat bahwa anak berkebutuhan khusus memerlukan sistem pengamanan berlapis, mulai dari keluarga hingga lingkungan sekitar. Seperti ditegaskan AKP Ronald, kewaspadaan ekstra bisa menjadi tameng dari tragedi serupa di masa depan.[]
Admin05