MANILA – Filipina kembali berduka setelah kecelakaan maut terjadi di gerbang tol Kota Tarlac, sekitar 100 kilometer utara Manila, pada Kamis (1/5) sore waktu setempat. Insiden beruntun yang melibatkan sebuah bus dan empat kendaraan pribadi ini menewaskan sepuluh orang, termasuk empat anak di bawah umur, serta melukai belasan korban lainnya.
Menurut laporan resmi Kepolisian Tarlac, musibah terjadi sekitar pukul 15.30 waktu setempat ketika sebuah bus antarkota dengan kecepatan tinggi menghantam deretan kendaraan yang sedang mengantri di gerbang tol. Dari rekaman CCTV terlihat bus tersebut datang dengan kecepatan tinggi tanpa menunjukkan tanda-tanda perlambatan, jelas Letkol Romel Santos, Kepala Kepolisian Tarlac.
Korban tewas terdiri dari tiga penumpang SUV yang langsung terimpit, dua penumpang mobil sedan, satu pengendara sepeda motor, serta empat anak-anak yang berada di mobil keluarga. Tim medis darurat menyatakan sebagian besar korban tewas seketika akibat benturan keras. Kondisi jenazah sulit dikenali karena luka traumatik berat, ujar dr. Maria Lopez, koordinator tim medis di lokasi kejadian. Sopir bus berinisial RJ (45) dan kondekturnya kini menjalani pemeriksaan intensif di kantor polisi.
Pengemudi mengaku kelelahan setelah menempuh perjalanan 10 jam non-stop dari Baguio City, papar Santos. Investigasi awal juga mengungkap bus tersebut sudah tiga bulan tidak menjalani pemeriksaan teknis rutin.
Tragedi ini memicu kemarahan warga setempat. Ini sudah kecelakaan kelima tahun ini di gerbang tol yang sama, protes Juan Dela Cruz, ketua asosiasi pengemudi setempat. Menurut data Departemen Transportasi Filipina, 60% kecelakaan fatal di negara ini disebabkan oleh kelelahan pengemudi, kendaraan tidak layak jalan, pelanggaran batas kecepatan, dan kondisi jalan yang tidak memadai.
Pemerintah setempat telah mengeluarkan pernyataan resmi yang menyatakan akan memperketat pemeriksaan kondisi bus antarkota, memasang lebih banyak kamera pengawas di gerbang tol, serta mewajibkan tes narkoba dan alkohol rutin untuk pengemudi angkutan umum.
Keluarga korban akan menerima santunan sebesar 200.000 peso (sekitar Rp60 juta) dari pemerintah, sementara korban luka mendapatkan perawatan gratis di rumah sakit pemerintah. Ini pelajaran berharga bagi kami semua. Kami akan evaluasi seluruh sistem transportasi umum, janji Menteri Transportasi Filipina dalam konferensi pers darurat.
Para ahli transportasi menyarankan penerapan teknologi modern seperti sistem deteksi kantuk pengemudi, pembatasan elektronik kecepatan kendaraan, serta kewajiban istirahat setiap 4 jam perjalanan. Tragedi ini kembali mempertanyakan efektivitas regulasi transportasi di Filipina yang telah lama dikritik berbagai pihak. Sementara itu, proses identifikasi korban dan penyelidikan hukum masih terus berlangsung. []
Redaksi11