KOTAWARINGIN TIMUR — Tragedi memilukan kembali terjadi di kawasan perairan Kotawaringin Timur (Kotim). Seorang bocah berusia 5 tahun bernama Sofi tewas setelah terjatuh dari kapal feri dan terjepit di antara kapal serta dermaga penyeberangan Sampit–Seranau, Kecamatan Mentawa Baru Ketapang, Selasa (21/10/2025). Peristiwa ini kembali menyoroti lemahnya pengawasan keselamatan di area penyeberangan rakyat yang selama ini luput dari perhatian pemerintah daerah.
Sofi, yang masih duduk di bangku taman kanak-kanak (TK), merupakan anak dari Sawadi Ali, seorang guru ngaji di Kecamatan Mentaya Seberang. Ironisnya, musibah itu terjadi di lokasi yang seharusnya memiliki standar keamanan dasar bagi penumpang, termasuk pagar pembatas, pelampung keselamatan, dan pengawasan petugas.
Camat Seranau, Dwi Khusendro, membenarkan peristiwa tragis tersebut. “Benar. Korban terpeleset dari kapal feri dan terjatuh ke Sungai Mentaya,” kata Dwi. Namun, tak ada keterangan lebih jauh terkait prosedur keselamatan yang diterapkan di dermaga saat kejadian berlangsung.
Menurut sejumlah saksi, warga yang berada di sekitar lokasi sempat berupaya menolong korban. Sayangnya, usaha itu tak membuahkan hasil. Bocah malang itu meninggal dunia akibat luka parah di bagian kepala setelah terjepit di antara badan kapal dan dermaga. “Korban mengalami luka parah di bagian kepala karena terjepit kapal dan dermaga sehingga meninggal dunia,” ujar Dwi.
Tragedi ini bukan sekadar kecelakaan, melainkan bukti lemahnya pengawasan dan minimnya fasilitas keselamatan di sejumlah pelabuhan rakyat di Kotim. Hingga kini, area penyeberangan masih terlihat tanpa pagar pengaman, tidak ada rambu peringatan, dan jumlah petugas terbatas.
Sayangnya, peringatan serupa sudah berulang kali terdengar setiap kali korban jatuh di sungai atau terseret arus, namun tak juga diikuti langkah nyata dari pihak berwenang. Tidak ada audit keselamatan, tidak ada peningkatan fasilitas, dan tidak ada tanggung jawab jelas atas hilangnya nyawa warga akibat kelalaian sistemik.
Camat Seranau menambahkan, “Kejadian ini menjadi pengingat orang tua untuk mengawasi keselamatan anak-anak yang bermain baik di area penyebrangan maupun berada di sekitar sungai.” Namun, banyak pihak menilai, imbauan semacam itu tak cukup jika pemerintah terus membiarkan penyeberangan tradisional tanpa pengawasan memadai.
Warga berharap kejadian ini menjadi momentum bagi Pemkab Kotim untuk bertindak nyata, bukan hanya menyampaikan belasungkawa dan peringatan. Tanpa perbaikan serius terhadap standar keselamatan dermaga, tragedi serupa hanya tinggal menunggu waktu. []
Admin03
Berita Borneo Terlengkap se-Kalimantan