AMERIKA SERIKAT – Kehadiran Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, di pertandingan final US Open pada Minggu (07/09/2025) justru menjadi sorotan publik. Alih-alih disambut meriah, Trump justru menerima cemoohan dan olok-olok dari ribuan penonton yang memadati Stadion Arthur Ashe, New York.
Momen itu terjadi ketika wajah Trump muncul di layar besar stadion pada jeda pertandingan antara Jannik Sinner dan Carlos Alcaraz. Suara sorakan “boo!” menggema di seluruh arena, disertai ejekan dari tribun. Beberapa penonton memang sempat memberi tepuk tangan, tetapi jumlahnya kalah jauh dibanding reaksi penolakan.
Kehadiran Trump di arena bergengsi ini memicu peningkatan pengamanan. Polisi dan petugas keamanan memperketat pintu masuk stadion, sehingga antrean panjang terjadi di luar arena. Bahkan, kick off pertandingan harus tertunda beberapa menit. Ketika pertandingan dimulai, banyak kursi masih terlihat kosong karena penonton belum selesai melewati pemeriksaan keamanan.
Menurut laporan CNN, Trump langsung disambut dengan cemoohan ketika memasuki stadion. Ia kemudian berdiri di luar suite tempat trofi US Open dipamerkan, melambaikan tangan ke arah penonton, serta beberapa kali mengepalkan tangannya. Namun, gestur itu tidak meredam ejekan, justru semakin menegaskan jarak antara dirinya dengan publik.
Sorakan terhadap Trump di ajang olahraga bukan pertama kali terjadi. Dalam beberapa tahun terakhir, berbagai pertandingan besar di Amerika Serikat kerap menjadi ruang bagi publik mengekspresikan pandangan politik mereka. Ajang olahraga, yang biasanya identik dengan hiburan, sering berubah menjadi panggung politik yang mencerminkan polarisasi masyarakat Amerika.
Pengamat politik menilai, reaksi publik di US Open mencerminkan citra Trump yang masih terbelah di mata warga Amerika. Bagi sebagian kelompok, ia tetap dianggap pemimpin tegas. Namun, bagi banyak orang lainnya, kehadirannya menimbulkan penolakan karena kebijakan kontroversial dan gaya komunikasinya yang keras.
Kehadiran Trump di US Open juga dibaca sebagai bagian dari upayanya tetap eksis di ruang publik, mengingat ia terus dikaitkan dengan agenda politik domestik. Namun, sorakan di arena internasional seperti US Open justru memberi gambaran jelas bagaimana sebagian besar masyarakat mengekspresikan ketidaksetujuan terhadapnya.
Fenomena ini menunjukkan bahwa olahraga dan politik di Amerika Serikat kerap berkelindan. Sorakan terhadap Trump menjadi bukti bahwa citra seorang presiden bisa diuji di ruang-ruang non-politik, termasuk stadion olahraga.
Trump, yang sempat mengepalkan tangan sebagai simbol kekuatan dan perlawanan, akhirnya kembali ke suite pribadi di stadion tanpa komentar langsung kepada media. Namun, momen itu sudah telanjur viral di media sosial, memperkuat narasi bahwa kehadirannya di US Open lebih banyak memicu cemoohan ketimbang apresiasi.
Reaksi publik tersebut sekaligus menggarisbawahi tantangan besar yang dihadapi Trump untuk menjaga citra politiknya, terutama ketika sorotan dunia tidak hanya tertuju pada kebijakan, tetapi juga pada simbol-simbol publik seperti kehadirannya di panggung olahraga. []
Admin03
Berita Borneo Terlengkap se-Kalimantan