WASHINGTON – Presiden Amerika Serikat Donald Trump kembali menegaskan keyakinannya bahwa jalan menuju perdamaian di Jalur Gaza semakin terbuka setelah serangkaian pertemuan intensif dengan Israel dan sejumlah negara Arab. Ia bahkan menyebut telah tercapai “kesepakatan” yang berpotensi mengakhiri perang berkepanjangan di kawasan tersebut.
“Saya pikir kita sudah mencapai kesepakatan,” kata Trump kepada wartawan di Gedung Putih pada Jumat (26/09/2025), sebagaimana dikutip AFP. Menurutnya, inti dari kesepakatan itu adalah rencana pemulangan para sandera yang masih ditahan di Gaza. “Sepertinya kita sudah mencapai kesepakatan tentang Gaza, saya pikir ini adalah kesepakatan yang akan memulangkan para sandera, ini akan menjadi kesepakatan yang akan mengakhiri perang,” ujarnya.
Pernyataan Trump muncul hanya beberapa hari setelah ia mempresentasikan Rencana 21 Poin untuk Perdamaian Timur Tengah kepada para pemimpin negara Arab dan Muslim. Pertemuan itu berlangsung di sela-sela Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di New York pada Rabu (24/09/2025). Presiden Indonesia, Prabowo Subianto, termasuk di antara pemimpin yang hadir dalam forum tersebut.
Rencana yang diajukan Trump tidak hanya menyentuh soal gencatan senjata, tetapi juga mencakup gagasan rekonstruksi Gaza pascaperang. Walau detail isi proposal belum sepenuhnya dipublikasikan, Gedung Putih menyebut langkah tersebut bertujuan untuk menjawab kekhawatiran Israel sekaligus memberikan jaminan kepada negara-negara Arab bahwa kepentingan mereka juga diperhitungkan.
Utusan Khusus AS, Steve Witkoff, menggambarkan diskusi dengan sembilan pemimpin negara sebagai “sesi yang sangat produktif”. Ia menyebut pembahasan itu menghasilkan “semacam terobosan” yang diharapkan bisa terlihat dalam beberapa hari mendatang. “Kami memaparkan apa yang kami sebut Rencana 21 Poin Trump untuk Perdamaian di Timur Tengah, di Gaza,” katanya.
Witkoff menambahkan, “Saya pikir rencana ini menjawab kekhawatiran Israel sekaligus juga para negara tetangga di kawasan. Kami optimistis, bahkan cukup percaya diri, bahwa dalam beberapa hari ke depan kami dapat mengumumkan semacam terobosan.”
Namun, di tengah pernyataan optimistis Trump, masih banyak pihak yang memandang skeptis. Sebelumnya, upaya diplomasi Washington di kawasan sering kali terhambat oleh perbedaan tajam antara posisi Israel dan tuntutan Palestina. Situasi lapangan pun masih memperlihatkan ketegangan, terutama setelah aksi militer Israel yang dinilai komunitas internasional tidak proporsional.
Sementara itu, kelompok-kelompok kemanusiaan terus menyerukan pentingnya gencatan senjata segera. Mereka menekankan bahwa setiap keterlambatan hanya akan memperburuk krisis kemanusiaan di Gaza, di mana puluhan ribu warga sipil telah kehilangan tempat tinggal dan bantuan makanan serta obat-obatan masih sangat terbatas.
Bagi Trump, rencana perdamaian ini tampaknya juga menjadi bagian dari upaya mempertegas peran Amerika Serikat sebagai mediator utama di Timur Tengah. Ia berusaha menunjukkan bahwa Washington masih memegang kendali dalam menentukan arah konflik sekaligus menjaga kepentingan strategis sekutu utamanya, Israel.
Meski belum ada kesepakatan resmi yang diumumkan, klaim Trump menandai babak baru dalam dinamika diplomasi Gaza. Jika benar terwujud, pemulangan sandera dapat menjadi pintu masuk menuju perundingan yang lebih luas, meskipun tantangan politik, militer, dan diplomatik masih terbentang panjang. []
Admin03
Berita Borneo Terlengkap se-Kalimantan