GAZA – Kelompok Hamas Palestina menyatakan masih menelaah secara serius usulan perdamaian untuk Jalur Gaza yang diajukan Presiden Amerika Serikat Donald Trump. Anggota biro politik Hamas, Mohammed Nazzal, menegaskan pihaknya akan segera memberikan jawaban resmi terkait proposal tersebut.
“[Hamas berhak menyampaikan pandangannya] dengan cara yang sesuai dengan kepentingan rakyat Palestina,” ujar Nazzal kepada Al Jazeera, Kamis (02/10/2025).
Ia menambahkan bahwa Hamas tidak bisa dipaksa mengambil keputusan tergesa-gesa. “Kami tidak berurusan (dengan rencana ini), dengan logika bahwa waktu adalah pedang yang diarahkan ke leher kami,” lanjutnya.
Proposal perdamaian yang disodorkan Trump pada Senin (29/09/2025) mencakup 20 poin penting. Di antaranya penghentian serangan, pemulangan sandera, penarikan pasukan Israel, serta pembentukan pemerintahan sementara di Gaza. Selain itu, rencana tersebut juga menyinggung pemberian bantuan kemanusiaan besar-besaran, pembangunan kembali wilayah Gaza, hingga pelucutan senjata Hamas.
Usulan itu mendapatkan sambutan positif dari sejumlah negara Barat maupun negara Arab-Muslim. Israel pun dilaporkan turut menyatakan persetujuannya. Namun, Hamas memilih untuk tidak terburu-buru mengeluarkan keputusan.
Trump sendiri telah menetapkan tenggat waktu. Pada Selasa (30/09/2025), ia menyatakan bahwa Hamas diberi waktu tiga hingga empat hari untuk merespons. “Kita beri tiga atau empat hari. Kita lihat bagaimana nanti. Semua negara Arab menyetujuinya. Negara-negara Muslim setuju. Israel juga setuju,” kata Trump saat meninggalkan Gedung Putih.
Trump menegaskan bila Hamas menolak, konsekuensinya akan berat. “Kita tinggal menunggu Hamas. Jika Hamas tidak melakukannya, ini akan menjadi akhir yang sangat menyedihkan,” ucapnya.
Meski tekanan terus meningkat, Hamas menekankan bahwa keputusan mereka akan didasarkan pada apa yang dianggap terbaik bagi rakyat Palestina, bukan pada ultimatum dari pihak luar. []
Admin03
Berita Borneo Terlengkap se-Kalimantan