UNRWA Ingatkan Dunia, Krisis Gaza Butuh Aksi Nyata

GAZA – Situasi kemanusiaan di Jalur Gaza kembali menjadi sorotan dunia internasional setelah Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) mengumumkan bahwa hampir 1,9 juta orang terpaksa meninggalkan rumah mereka. Lonjakan pengungsian ini mencerminkan skala penderitaan yang terus memburuk sejak operasi militer Israel berlangsung hampir dua tahun terakhir.

Dalam pernyataannya, UNRWA menekankan bahwa krisis yang melanda Gaza telah melewati batas kewajaran. “Selama 2 tahun yang terlalu lama, UNRWA telah menyerukan gencatan senjata di Gaza, skala penderitaan dan kehancuran tidak terbayangkan,” tegas badan PBB itu. Mereka menambahkan seruan yang sama dengan nada mendesak: “Kami kembali menyerukan gencatan senjata sekarang.”

Data terbaru menunjukkan beban berat yang harus dipikul warga. Pada Jumat (19/09/2025), UNRWA melaporkan bahwa biaya perpindahan dari Kota Gaza di bagian utara menuju wilayah selatan diperkirakan mencapai sekitar US$3.180 per keluarga. Angka tersebut sangat tinggi bagi masyarakat yang sebagian besar telah kehilangan mata pencaharian akibat perang.

UNRWA juga menyoroti kondisi mengkhawatirkan di area pengungsian sementara. Kepadatan tenda yang disediakan membuat banyak keluarga hidup dalam kondisi yang tidak layak. Sanitasi minim, akses air bersih terbatas, serta kurangnya fasilitas kesehatan memperparah penderitaan warga, terutama anak-anak dan lansia.

Sementara itu, situasi di lapangan semakin kritis. Serangan Israel yang kian intensif dalam beberapa hari terakhir menyebabkan gelombang pengungsian bertambah besar. Operasi militer yang berpusat di Kota Gaza tidak hanya menghancurkan infrastruktur, tetapi juga memperburuk krisis pangan dan kesehatan.

Laporan medis dari Gaza pada Minggu (21/09/2025) menambah gambaran suram tersebut. Dalam 24 jam terakhir, lima orang meninggal dunia akibat kelaparan dan malnutrisi. Dengan tambahan itu, jumlah korban jiwa akibat kekurangan pangan dan gizi sejak awal konflik meningkat menjadi 447 orang, termasuk 147 anak-anak. Angka ini mencerminkan situasi darurat yang menuntut perhatian dunia internasional.

Secara keseluruhan, jumlah korban tewas akibat agresi Israel sejak 7 Oktober 2023 telah mencapai 65.283 jiwa. Angka ini terus bertambah setiap hari, menandakan bahwa eskalasi konflik belum menunjukkan tanda mereda.

Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza juga merilis data terbaru pada Minggu (21/9). Dalam periode 24 jam terakhir, rumah sakit di Gaza menerima jenazah 75 korban, empat di antaranya dievakuasi dari bawah reruntuhan bangunan yang hancur akibat serangan udara. Selain itu, 304 orang dilaporkan mengalami luka-luka. Dengan keterbatasan obat-obatan dan peralatan medis, tenaga kesehatan di Gaza menghadapi tekanan yang sangat berat untuk merawat pasien dalam jumlah besar.

Situasi yang digambarkan UNRWA dan sumber medis Palestina menunjukkan bahwa krisis di Gaza bukan hanya soal konflik bersenjata, tetapi juga bencana kemanusiaan yang kompleks. Hampir seluruh aspek kehidupan warga dari kebutuhan dasar hingga hak atas rasa aman terancam akibat perang yang berlarut-larut.

Di tengah meningkatnya pengakuan negara-negara Barat terhadap Palestina sebagai negara berdaulat, penderitaan rakyat Gaza tetap menjadi pengingat bahwa diplomasi belum mampu menghentikan laju kekerasan. UNRWA menegaskan kembali bahwa tanpa gencatan senjata segera, jumlah korban dan pengungsi berpotensi terus bertambah.

Seruan lembaga internasional itu juga menyiratkan pesan bahwa tanggung jawab untuk menghentikan tragedi di Gaza bukan hanya berada di tangan pihak yang berkonflik, tetapi juga komunitas internasional. Dukungan politik dan kemanusiaan, menurut UNRWA, harus diperkuat agar rakyat Palestina dapat keluar dari lingkaran penderitaan yang seolah tak berujung. []

Admin03

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com