Unud Berduka, Negara Tak Boleh Diam

BALI – Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemendikti Saintek) menyampaikan rasa duka cita mendalam atas meninggalnya Timothy Anugerah Saputra, mahasiswa Universitas Udayana (Unud), Bali, yang diduga menjadi korban perundungan di lingkungan kampus. Kasus ini menjadi sorotan publik dan kembali menegaskan pentingnya upaya serius pencegahan kekerasan di perguruan tinggi.

Peristiwa tragis itu terjadi di kawasan kampus Unud, ketika Timothy ditemukan jatuh dari lantai empat salah satu gedung fakultas. Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) angkatan 2022 tersebut sempat dilarikan ke RSUP Prof. Ngoerah, namun nyawanya tidak tertolong. Dari hasil pemeriksaan medis, korban mengalami patah tulang di beberapa bagian tubuh, termasuk pada pinggul kiri dan kanan, lengan bagian atas, serta sendi kanan.

Menanggapi hal tersebut, Kemendikti Saintek menyatakan komitmennya untuk memastikan proses penanganan dilakukan secara menyeluruh dan transparan.

“Kemdiktisaintek turut berduka cita atas wafatnya saudara Timothy, mahasiswa Universitas Udayana,” tutur Ditjen Dikti Kemdiktisaintek, Khairul Munadi, dalam pesan singkatnya.

“Kami telah berkoordinasi dengan pimpinan universitas untuk memastikan penanganan kasus ini dilakukan dengan baik, objektif, dan sesuai dengan ketentuan yang berlaku,” ungkap Khairul.

Khairul menegaskan, kementerian percaya pihak kampus akan menempuh langkah-langkah yang bijak dan berkeadilan, dengan tetap mengedepankan pemulihan suasana akademik yang aman bagi seluruh sivitas universitas.

Sebagai bagian dari langkah sistemik, setiap perguruan tinggi diwajibkan memiliki Satuan Tugas Pencegahan dan Penanganan Kekerasan (Satgas PPK), sebagaimana diatur dalam Permendikbudristek Nomor 55 Tahun 2024. Satgas ini bertugas mencegah, menerima laporan, dan menindaklanjuti kasus kekerasan, termasuk perundungan yang melibatkan mahasiswa maupun tenaga pendidik.

“Kemendikti Saintek terus mendorong agar satgas berfungsi secara efektif serta memperkuat budaya kampus yang berintegritas, empatik, dan bebas dari kekerasan,” pungkas Khairul.

Tragedi yang menimpa Timothy menambah daftar panjang kasus dugaan perundungan di lingkungan pendidikan. Beberapa waktu sebelumnya, kasus serupa juga menimpa seorang siswa sekolah dasar di Wonosobo, Jawa Tengah, yang meninggal dunia akibat dugaan perundungan di sekolah.

Peristiwa ini menjadi peringatan keras bagi dunia pendidikan agar memperkuat pengawasan dan menumbuhkan budaya empati, saling menghormati, serta lingkungan belajar yang aman dari segala bentuk kekerasan. []

Fajar Hidayat

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com