SEOUL – Pemerintah Korea Selatan kembali mengambil langkah simbolis dalam upaya menurunkan ketegangan militer dengan Korea Utara. Kali ini, Seoul resmi menghentikan siaran radio propaganda Voice of Freedom yang selama puluhan tahun digunakan sebagai alat perang psikologis terhadap Pyongyang.
Juru bicara Kementerian Pertahanan Korsel, Lee Kyung Ho, pada Senin (01/09/2025) menyampaikan bahwa penghentian siaran tersebut menjadi bagian dari paket kebijakan de-eskalasi. “Kementerian Pertahanan telah menangguhkan siaran Voice of Freedom sebagai bagian dari upaya meredakan ketegangan militer dengan Korea Utara,” ujar Lee, dikutip AFP.
Radio Voice of Freedom mulai mengudara pada 1962 dengan isi siaran berupa informasi luar negeri dan musik populer Korea Selatan, termasuk K-pop. Bagi warga Korea Utara, konten semacam itu dilarang keras rezim Kim Jong Un sehingga radio ini lama dipandang sebagai senjata propaganda Seoul.
Siaran tersebut pernah dihentikan pada 2004, ketika hubungan kedua Korea sempat menghangat. Namun, siaran kembali dilanjutkan enam tahun kemudian setelah insiden penyerangan kapal perang Korsel, Cheonan, oleh militer Korut yang menewaskan 46 prajurit.
Sejak menjabat pada Juni lalu, Presiden Korsel Lee Jae Myung menunjukkan pendekatan berbeda dibanding pendahulunya. Ia mengambil beberapa kebijakan damai, mulai dari menghentikan pengiriman selebaran anti-Pyongyang, membongkar pengeras suara di perbatasan, hingga kini menyetop radio propaganda.
Meski begitu, respon dari Pyongyang tetap keras. Pemerintah Korea Utara menolak sinyal perdamaian dan menegaskan bahwa Seoul akan selamanya dipandang sebagai musuh. Sikap ini memperlihatkan betapa rapuhnya dinamika hubungan kedua negara, yang hingga kini secara teknis masih berada dalam kondisi perang karena konflik 1950-1953 hanya berakhir dengan gencatan senjata.
Sejarah panjang pasang surut hubungan Korea memperlihatkan, setiap upaya damai Seoul kerap berhadapan dengan kebijakan garis keras Pyongyang. Langkah penghentian radio propaganda ini menjadi babak terbaru dari strategi diplomasi Lee Jae Myung untuk membuka peluang komunikasi, meski prospek perdamaian masih jauh dari pasti. [] Admin04
Berita Borneo Terlengkap se-Kalimantan