Varian Stratus Sumbang 30 Persen Kasus Covid-19 di Inggris

LONDON – Inggris kembali menghadapi tantangan baru dalam penanganan pandemi setelah munculnya varian Covid-19 yang dinamakan Stratus. Varian ini terdiri atas dua subvarian, yakni XFG dan turunannya, XFG.3. Laporan dari Badan Keamanan Kesehatan Inggris (UKHSA) menyebutkan bahwa varian tersebut kini telah menyumbang lebih dari 30 persen kasus infeksi Covid-19 di negara itu, naik signifikan dari hanya 10 persen pada Mei 2025 lalu.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat bahwa subvarian XFG saat ini tengah menunjukkan penyebaran cepat di berbagai belahan dunia dan diperkirakan memiliki tingkat penularan yang sedikit lebih tinggi dibandingkan varian sebelumnya. Meski demikian, para ahli menekankan bahwa kondisi ini tidak perlu menimbulkan kepanikan di tengah masyarakat.

Pihak UKHSA mengonfirmasi bahwa varian Stratus belum menunjukkan indikasi menyebabkan tingkat keparahan yang lebih tinggi dibandingkan varian-varian Covid-19 yang telah ada sebelumnya. Efektivitas vaksin yang tersedia pun dinilai masih mampu memberikan perlindungan yang memadai terhadap infeksi varian ini.

“Berdasarkan informasi sejauh ini, tidak ada bukti bahwa XFG atau XFG.3 menyebabkan gejala yang lebih berat, atau bahwa vaksin yang tersedia menjadi kurang efektif terhadap varian ini,” kata Dr Alex Allen, konsultan epidemiologi di UKHSA, dikutip dari Yahoo UK.

Ia menjelaskan bahwa mutasi virus merupakan proses biologis yang wajar dalam perjalanan evolusi virus. UKHSA juga terus melakukan pemantauan secara berkala terhadap perkembangan varian SARS-CoV-2 baik di dalam negeri maupun secara internasional melalui laporan pengawasan yang rutin dilakukan.

Varian Stratus sendiri merupakan turunan dari varian Omicron dan tergolong sebagai galur rekombinan. Istilah ini merujuk pada varian yang muncul dari gabungan dua varian berbeda dalam satu individu yang terinfeksi, dan karena sifat gabungannya ini, varian semacam itu kadang dijuluki sebagai “strain Frankenstein”.

Saat ini, WHO menetapkan subvarian XFG sebagai “varian yang sedang dipantau”. Artinya, seluruh otoritas kesehatan global disarankan untuk melacak dan menganalisis potensi dampaknya terhadap kesehatan publik secara berkelanjutan. WHO menyebut bahwa meskipun penyebarannya cukup cepat, risiko global dari varian ini masih tergolong rendah.

Hingga kini, belum ditemukan bukti kuat bahwa Stratus memicu gejala yang jauh berbeda dari gejala Covid-19 sebelumnya. Namun, sejumlah dokter mulai melaporkan adanya kemunculan gejala khas pada pasien yang terinfeksi varian ini, termasuk suara serak atau parau yang tidak umum ditemukan pada varian lain.

“Salah satu gejala paling mencolok dari varian Stratus adalah suara serak, selain gejala umum flu dan pilek,” ujar Dr Kaywaan Khan, dokter umum di Harley Street dan pendiri Hannah London Clinic, sebagaimana dikutip oleh Cosmopolitan.

Ia juga menekankan pentingnya tes Covid-19 untuk memastikan apakah seseorang benar-benar terinfeksi, terutama ketika gejalanya tergolong ringan dan mirip flu musiman. Gejala umum yang tetap perlu diwaspadai antara lain demam, batuk, kehilangan penciuman atau perasa, nyeri tubuh, sakit tenggorokan, hidung tersumbat, hingga gangguan pencernaan seperti diare dan mual.

Masyarakat diminta tetap waspada, menjaga kebersihan diri, serta melakukan pemeriksaan dini apabila mengalami gejala. Pemerintah bersama lembaga-lembaga kesehatan internasional terus memantau dinamika varian Stratus guna mencegah perluasan penyebaran secara global.[]

Admin05

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com