Warga China yang Berperang untuk Rusia Ditangkap

KYIV – Pasukan Ukraina mengungkapkan bahwa mereka telah menahan dua warga negara China yang diketahui bertempur di pihak tentara Rusia di wilayah Donetsk. Penangkapan ini memicu spekulasi mengenai keterlibatan Beijing dalam konflik Rusia-Ukraina, yang dapat menambah kekhawatiran Amerika Serikat (AS) sebagai pendukung utama Ukraina.

Dalam sebuah unggahan video di media sosial pada Selasa (08/04/2025), Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy menunjukkan rekaman dua pria yang berbicara dalam bahasa Mandarin, yang ditangkap di garis depan Donetsk. “Ini terjadi di wilayah Ukraina—tepatnya di Donetsk,” ujar Zelenskyy, seperti dikutip AFP pada Rabu (09/04/2025). Dalam video tersebut, seorang pria yang mengenakan seragam militer terlihat dengan tangan terikat, menyebut kata “komandan” dalam bahasa Mandarin saat diinterogasi oleh petugas Ukraina.

Juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Tammy Bruce, menyatakan keprihatinan atas penangkapan ini. Bruce menegaskan bahwa China telah menjadi pendukung utama Rusia dalam perang ini dengan memasok hampir 80% barang yang dibutuhkan Rusia untuk mempertahankan agresinya. AS juga menilai kolaborasi militer antara Rusia dan China berpotensi memperburuk ketidakstabilan global.

Meskipun Beijing secara resmi menegaskan sikap netral dan menolak untuk mengirimkan bantuan senjata mematikan, laporan intelijen Barat mengidentifikasi China sebagai “pendukung penting” dari invasi Rusia. Kedua negara telah memperkuat hubungan politik, ekonomi, dan militer sejak 2022, termasuk kerja sama dalam bidang teknologi pertahanan.

Seorang pejabat senior Ukraina yang meminta untuk tidak disebutkan namanya mengungkapkan bahwa dua warga China tersebut kemungkinan direkrut sebagai sukarelawan oleh militer Rusia, bukan atas perintah resmi dari pemerintah China.

“Mereka ditangkap beberapa hari lalu dan masih dalam proses penyelidikan lebih lanjut,” ujarnya. Dokumen identitas yang diperoleh menunjukkan bahwa salah satu dari tahanan tersebut lahir pada 4 Juni 1991 dan berasal dari etnis Han.

Kementerian Luar Negeri Ukraina telah memanggil kuasa usaha China untuk meminta klarifikasi terkait penangkapan ini. Menteri Luar Negeri Ukraina, Andriy Sybiga, menegaskan bahwa keterlibatan warga China dalam pasukan Rusia bertentangan dengan klaim Beijing mengenai sikap netral mereka dan merusak kredibilitas China sebagai anggota tetap Dewan Keamanan PBB.

Presiden Zelenskyy menyerukan respons tegas dari AS, Eropa, dan komunitas internasional terkait insiden ini. “Ini adalah sinyal jelas bahwa Presiden Putin tidak akan menghentikan perang tanpa tekanan internasional,” ujar Zelenskyy dalam sebuah konferensi pers di Kyiv. Ia juga menyatakan memiliki bukti lebih lanjut mengenai keterlibatan warga China dalam pertempuran.

Seiring memasuki tahun keempat konflik, Ukraina semakin khawatir dengan meningkatnya keterlibatan milisi asing, termasuk ribuan tentara Korea Utara yang dikerahkan Rusia di wilayah Kursk. Zelenskyy menekankan bahwa situasi ini harus menjadi perhatian serius bagi negara-negara sekutu Barat.

“Korea Utara berperang melawan kami di Kursk, China di Donetsk. Ini adalah isu penting yang harus segera dibahas dengan mitra kami,” tegasnya.

Hingga saat ini, belum ada respons resmi dari China atau Rusia mengenai penangkapan ini. Namun, kejadian tersebut semakin memperburuk ketegangan geopolitik yang tengah berlangsung, terutama dalam upaya AS dan Eropa untuk membatasi hubungan antara Rusia dan China. Kyiv terus mendesak Beijing untuk menggunakan pengaruhnya dalam menghentikan invasi Rusia, yang telah menewaskan ribuan orang sejak dimulainya perang pada Februari 2022. []

Penulis: Muhammad Yusuf | Penyunting: Nistia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com