GAZA – Kekerasan kembali mewarnai upaya distribusi bantuan kemanusiaan di Jalur Gaza. Sedikitnya 17 warga Palestina tewas dan puluhan lainnya luka-luka setelah militer Israel melepaskan tembakan ke arah kerumunan warga yang sedang mengantre bantuan pangan di Gaza tengah, Selasa (10/06/2025) waktu setempat. Insiden terjadi saat ribuan orang berkumpul di dekat lokasi distribusi bantuan yang dikelola Gaza Humanitarian Fund (GHF), sebuah organisasi bantuan yang disebut didukung oleh pemerintah Amerika Serikat.
Petugas medis melaporkan para korban langsung dievakuasi ke dua rumah sakit terdekat, yakni Rumah Sakit Al-Awda di kamp Nuseirat dan Rumah Sakit Al-Quds di wilayah utara Gaza. Militer Israel mengklaim bahwa tembakan yang mereka lepaskan merupakan “tembakan peringatan” terhadap individu yang dianggap mengancam pasukan. “Tembakan peringatan dilepaskan ratusan meter dari lokasi distribusi bantuan, sebelum jam buka dan ke arah para tersangka yang menimbulkan ancaman bagi pasukan,” demikian pernyataan Israel, dikutip dari Reuters.
Namun, klaim tersebut dibantah oleh sejumlah saksi mata dan warga Gaza. Mereka menyebut kekacauan terjadi di sekitar lokasi distribusi, bahkan sebelum bantuan mulai dibagikan.
GHF sendiri mengatakan bahwa bantuan telah didistribusikan di tiga lokasi berbeda pada hari yang sama dan menyebut tidak ada insiden penembakan yang terjadi dalam area distribusi. Satu-satunya lembaga bantuan yang secara resmi mendapat akses dari Israel untuk menyalurkan bantuan secara aman ini telah mulai beroperasi sejak akhir Mei. Namun, warga mengungkapkan kondisi di lapangan jauh dari aman.
Mohammad Abu Amr, seorang warga Gaza berusia 40 tahun, menyatakan ia berjalan sejak pukul 02.00 dini hari dengan harapan mendapatkan makanan untuk keluarganya. “Ini gila dan tidak cukup. Puluhan ribu orang datang dari daerah pusat dan juga dari daerah utara, beberapa dari mereka berjalan lebih dari 20 km, hanya untuk kembali ke rumah dengan kekecewaan,” tuturnya kepada Reuters. “Saya mendengar bunyi tembakan, tetapi tidak melihat apa yang terjadi.”
Insiden semacam ini bukan kali pertama terjadi. Dalam beberapa distribusi sebelumnya, warga yang mengantre juga dilaporkan menjadi sasaran tembakan. Kepala Badan Bantuan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA), Philippe Lazzarini, mengecam keras kondisi tersebut. “Hari demi hari, korban dan sejumlah orang terluka dilaporkan di titik-titik distribusi yang diawaki oleh Israel dan perusahaan keamanan swasta,” tulis Lazzarini di platform X.
Ia menambahkan bahwa sistem distribusi saat ini memaksa warga yang lapar dan putus asa untuk menempuh perjalanan jauh, sering kali dalam kondisi berbahaya. “Pengiriman dan distribusi bantuan harus dalam skala besar dan aman. Di Gaza, ini hanya dapat dilakukan melalui PBB.
Kami memiliki keahlian, pengetahuan dan kepercayaan masyarakat,” ujarnya. PBB menggambarkan jumlah bantuan yang masuk ke Gaza saat ini sangat tidak memadai, layaknya “setetes air di lautan”.
Kementerian Kesehatan Gaza mencatat lebih dari 54 ribu orang tewas dan 122 ribu lainnya terluka sejak konflik meningkat pada Oktober 2023. Sebagian besar korban merupakan perempuan dan anak-anak. Jumlah kematian diyakini lebih tinggi karena ribuan korban masih tertimbun di bawah puing-puing bangunan yang hancur akibat serangan udara. [] Admin03