MALINAU – Warga Kabupaten Malinau, Kalimantan Utara, sudah sepekan terakhir menghadapi pemadaman listrik bergilir akibat gangguan pada Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Kelapis. Kondisi ini menimbulkan keluhan masyarakat, terutama pelaku usaha kecil, hotel, dan sektor jasa yang sangat bergantung pada pasokan listrik stabil.
Gangguan listrik tersebut bermula sejak 23 September 2025 ketika PLTU Kelapis berkapasitas 4 megawatt (MW) berhenti beroperasi. Situasi semakin sulit karena dua unit Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) juga mengalami pemeliharaan dan kerusakan. Akibatnya, sistem kelistrikan Malinau yang biasanya memiliki daya mampu 15 MW dengan beban puncak sekitar 12 MW harus mengalami defisit mencapai 2,5 MW.
Pemadaman bergilir pun diterapkan PLN untuk menjaga kestabilan sistem. Awalnya, warga Malinau harus menghadapi empat sesi pemadaman per hari. Namun, setelah dua unit PLTD berkapasitas total 1,5 MW kembali beroperasi pada 28 September 2025, beban defisit turun menjadi sekitar 1 MW. Sejak itu, jadwal pemadaman bergilir berkurang menjadi satu hingga dua sesi per hari.
PLN melalui Unit Layanan Pelanggan (ULP) Malinau terus melakukan upaya perbaikan. Manager ULP Malinau, Hary Barus, menyebutkan bahwa pihaknya menargetkan pemulihan total jaringan listrik dapat terwujud pada Rabu, 1 Oktober 2025.
“Kami memohon maaf atas keterbatasan penyampaian informasi. PLN akan perkuat kanal digital dan elektronik,” ujar Hary melalui keterangan tertulis, Selasa (30/09/2025).
Ia menambahkan, sistem proteksi frekuensi otomatis tetap bekerja selama masa gangguan. Hal itu dilakukan untuk menjaga kestabilan kelistrikan Malinau meskipun pasokan belum sepenuhnya pulih.
Dampak pemadaman listrik bergilir terasa hingga ke pelosok Malinau, termasuk di Desa Malinau Hulu, Kecamatan Malinau Kota. Banyak masyarakat terpaksa menggunakan genset pribadi dengan biaya operasional yang tinggi. Pelaku usaha kecil dan menengah juga mengaku merugi akibat berkurangnya jam operasional.
“Kalau mati lampu terus, usaha saya jadi terganggu. Mesin pendingin tidak bisa maksimal, sementara bahan dagangan bisa cepat rusak,” keluh seorang pedagang makanan di Malinau Kota.
Kondisi ini membuat harapan masyarakat tertuju pada percepatan perbaikan PLTU Kelapis. Warga mendesak agar PLN lebih cepat menuntaskan gangguan agar aktivitas sehari-hari kembali normal.
PLN memastikan bahwa gangguan bersifat temporer dan langkah perbaikan sudah hampir rampung. Jika target tercapai, mulai 1 Oktober 2025 Malinau diharapkan terbebas dari pemadaman bergilir.
Meski begitu, PLN juga diharapkan meningkatkan sistem komunikasi agar masyarakat lebih cepat mendapat informasi terkait jadwal pemadaman maupun perkembangan perbaikan. Transparansi dinilai penting untuk mengurangi keresahan publik.
Pemulihan penuh sistem kelistrikan menjadi penantian panjang warga Malinau. Keandalan pasokan listrik sangat menentukan roda perekonomian daerah, terlebih di wilayah perbatasan yang sedang berkembang. []
Admin03
Berita Borneo Terlengkap se-Kalimantan