Warga Rusia Keluhkan Kenaikan Harga Bahan Pokok

MOSKOW – Rusia tengah menghadapi krisis baru yang tidak berkaitan langsung dengan konflik militer di Ukraina, melainkan menyangkut bahan pangan yang selama ini dianggap kebutuhan dasar. Kenaikan drastis harga kentang membuat banyak warga terkejut dan mengeluhkan beban hidup yang semakin berat.

Harga kentang di sejumlah toko eceran di Rusia diketahui melonjak hingga tiga kali lipat dibandingkan tahun sebelumnya. Tamara, seorang pensiunan berusia 67 tahun yang ditemui di depan toko diskon Pyaterochka di Moskow, mengungkapkan kekagetannya atas lonjakan harga tersebut.

“Ini gila. Kentang selalu sangat murah,” ujar Tamara. “Dengan harga seperti ini, saya tidak akan membelinya. Saya rasa hanya sedikit orang yang akan membelinya.”

Saat ini, kentang tua di Moskow dijual seharga 84 rubel per kilogram, sementara kentang baru mencapai 120 rubel per kilogram. Setahun lalu, harga rata-rata kentang di toko eceran masih berkisar 43 rubel per kilogram. Lonjakan harga ini tidak hanya terjadi pada kentang, tetapi juga merembet ke bahan makanan pokok lain seperti bawang, kubis, wortel, bit, dan bahan utama untuk sup tradisional Rusia.

Kondisi ini bahkan menarik perhatian Presiden Vladimir Putin. Padahal sebelumnya ia memuji ketahanan sektor pertanian Rusia yang tetap mampu melakukan ekspor di tengah tekanan sanksi negara-negara Barat. Meski demikian, kenyataan di lapangan menunjukkan melonjaknya harga mentega dan telur sejak awal tahun.

Pemerintah Rusia kini mulai mengandalkan impor untuk meredam gejolak harga, termasuk mendatangkan kentang dari Mesir. Hal ini dilakukan setelah Belarus, negara yang selama ini menjadi cadangan pemasok utama kentang bagi Rusia, mengaku kehabisan stok.

Di sisi lain, para petani menyebut cuaca ekstrem tahun lalu sebagai penyebab rendahnya hasil panen. Kepala pertanian Sovkhoz Sergiyevsky, Yaroslav Ivanov, mengatakan bahwa kombinasi dari suhu dingin dan kekeringan memperburuk hasil produksi.

“Tahun lalu, awalnya sangat dingin, kemudian datang kekeringan,” jelas Ivanov. “Terjadi kekurangan kentang, kualitasnya lebih buruk dari rata-rata. Kentang berkualitas baik cepat habis terjual, dan situasinya mulai memburuk.”

Tingginya biaya produksi, termasuk untuk bahan bakar, pupuk, serta peralatan pertanian, juga menambah tekanan pada petani. Sementara itu, suku bunga tinggi turut memperparah situasi sehingga memaksa bank sentral memangkas suku bunga acuannya menjadi 20% pada (06/06/2025).

Lembaga pemikir TsMAKP yang memberi nasihat kepada pemerintah menyampaikan bahwa inflasi pangan sangat memengaruhi kelompok masyarakat miskin. “Kenaikan harga pangan yang terus berlanjut telah menyebabkan perbedaan yang signifikan antara indeks harga untuk keranjang konsumsi penduduk berpenghasilan rendah dan tingkat inflasi keseluruhan,” tulis TsMAKP dalam laporannya.

Sergei Aleksashenko, mantan pejabat lokal, menambahkan, “Orang-orang berpenghasilan rendah sangat terpukul oleh inflasi.”

Kondisi ini menunjukkan bahwa meskipun Rusia mampu bertahan secara geopolitik, ketahanan pangan domestik menghadapi tantangan berat yang belum sepenuhnya teratasi. []

Redaksi11

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com
X