Warga Tarakan Protes Kebun Rusak, DLH Tindaklanjuti Pencemaran

TARAKAN – Dugaan pencemaran lingkungan kembali menyeruak di Tarakan. Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Tarakan menyatakan akan meninjau ulang dugaan limbah dari PT Phoenix Resources International (PRI) yang disebut berdampak pada lahan perkebunan warga.

Kepala DLH Tarakan, Andry Rawung, menegaskan pihaknya akan melakukan pendalaman lebih lanjut terhadap kasus ini. “Kami akan tinjau ulang, akan kami dalami lagi kasus ini,” ujarnya melalui sambungan telepon, Selasa (09/09/2025) malam.

Rawung menyebut pihaknya menemukan genangan air tidak wajar di area perkebunan warga. Namun, ia enggan memberikan kesimpulan sebelum ada uji laboratorium lanjutan. “Saya nggak berani komen nih kalau belum tahu. Tapi, akan kami coba telusuri,” katanya.

Menurut Rawung, persoalan dugaan pencemaran ini mendapat atensi bukan hanya dari pemerintah daerah, tetapi juga pemerintah pusat. “Ini menjadi perhatian terus, bukan hanya pemerintahan daerah. Dari pemerintahan pusat sudah pasti,” tambahnya.

Dugaan pencemaran oleh PT PRI bukan hal baru. Sebelumnya, DLH Tarakan telah mengambil sampel limbah perusahaan. Dari hasil uji laboratorium, diketahui limbah tersebut berada di atas baku mutu yang ditetapkan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). “Memang benar itu di atas baku mutu, berdasarkan hasil uji ini berdasarkan surat dari Kementerian Lingkungan Hidup (KLHK) bertanggal 23 Juni,” ungkap Rawung.

Ia menjelaskan, pengambilan sampel dilakukan dua kali, yaitu pada 14 Maret dan 9 April 2025. Analisis menunjukkan beberapa parameter melampaui ambang batas, di antaranya pH, COD (Chemical Oxygen Demand), TSS (Total Suspended Solids), kadar besi, mangan, serta kandungan minyak dan lemak.

Meski demikian, ia menegaskan saat itu PT PRI masih dalam tahap komisioning atau uji coba. Artinya, perusahaan belum beroperasi penuh.

Sejumlah warga Tarakan Utara dan Tarakan Barat menyuarakan keluhan akibat kondisi lahan yang tak lagi produktif. Jamhari, salah seorang pekebun, mengaku tanamannya rusak sejak adanya pabrik kertas yang mulai beroperasi pada 2023. “Dulu hasil panen bisa capai Rp5 juta per musim. Tapi, sejak ada pabrik kertas, kondisinya berubah,” ungkapnya. Ia menambahkan, sekitar separuh dari pohon kelapa dan duriannya kini rusak atau mati karena lahan selalu tergenang air.

Menanggapi keluhan warga, Humas PT PRI, Eko Wahyudi, menyatakan pihaknya telah meninjau langsung lokasi bersama warga. Ia menyebut penyebab utama kerusakan tanaman bukanlah limbah, melainkan pendangkalan dan sampah yang menyumbat aliran air. “Hari ini kami kerahkan alat long arm untuk normalisasi saluran agar air bisa mengalir dan surut lebih cepat,” jelas Eko saat ditemui di kantor PT PRI, Senin (08/09/2025).

Eko membantah tuduhan bahwa limbah perusahaan menjadi penyebab utama lahan rusak. “Kalau pencemaran, pasti semua tanaman mati rata, tidak hanya di beberapa titik. Ini lebih karena genangan air. Nipah di dekat lokasi masih hidup, berbunga, jadi saya kira bukan limbah,” tegasnya.

Ia menambahkan, perusahaan terbuka untuk duduk bersama warga guna mencari solusi yang adil bagi semua pihak. []

Admin03

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com