Wasit Diterjang Pemain, Laga Semifinal Berakhir Ricuh

BANJAR – Kericuhan mewarnai laga semifinal antara Eboy FC dan PJM pada Sabtu 15 November 2025, ketika seorang wasit menjadi korban kekerasan fisik di tengah lapangan. Pertandingan yang awalnya bertujuan menentukan langkah tim menuju final itu justru berubah menjadi insiden serius setelah salah satu pemain Eboy FC melakukan serangan keras kepada wasit Wahyudi Noor.

Serangan tersebut menyebabkan Wahyudi menderita sejumlah cedera, termasuk retak pada tulang rusuk kiri, cedera pundak, dan pembengkakan pada bagian dada. Bahkan, dirinya sempat kehilangan kesadaran beberapa saat setelah diterjang. Insiden itu sontak membuat para pemain dan penonton terdiam, menyadari bahwa ketegangan yang sejak awal tercipta akhirnya berujung pada tindakan yang jauh dari nilai sportivitas.

Saat ditemui di RS Al-Mansyur pada Senin (17/11/2025), Wahyudi mengingat kembali momen yang menurutnya sangat mengejutkan. “Pemain itu menggunakan kaki untuk menerjang saya. Saya sempat tidak sadar dan kondisi dada serta rusuk saya mengalami cedera serius,” tutur Wahyudi Noor, masih terlihat lemah ketika berbicara.

Laporan panitia menyebutkan bahwa suhu pertandingan meningkat tajam setelah beberapa pemain Eboy FC mengeluarkan provokasi. Kapten tim dilaporkan menjadi pemicu awal, sementara sebagian pemain lain turut melontarkan kata-kata kasar hingga unsur rasis kepada pemain PJM. Situasi tersebut membuat pertandingan berjalan panas hingga puncaknya terjadi penyerangan terhadap wasit.

Meski begitu, Wahyudi tetap mengapresiasi langkah klub yang langsung mengambil sikap. “Dari pihak klub, kami menghargai itikad baik dan mereka bersedia menanggung semuanya,” ujarnya.

Menanggapi insiden ini, ASKAB PSSI Kabupaten Banjar menggelar rapat koordinasi sehari setelah kejadian, melibatkan pimpinan asosiasi, perangkat pertandingan, serta pihak keamanan. Hasilnya, sanksi tegas dijatuhkan kepada para pemain yang terlibat langsung.

Daftar sanksi ASKAB PSSI Kabupaten Banjar: Alessandro David — pelaku penyerangan, Sanksi: larangan bermain selama 5 tahun di seluruh turnamen Kabupaten Banjar, Satria — kapten tim, dinilai sebagai provokator, Sanksi: 15 tahun larangan berkegiatan dalam dunia sepak bola Kabupaten Banjar, Halibudi — kiper, melakukan umpatan kasar dan rasis, Sanksi: 2 tahun larangan mengikuti turnamen.

Tidak hanya itu, klub juga sepakat membatasi pemain yang dinilai memicu kericuhan dari seluruh kegiatan internal dan turnamen Awang Bangkal. ASKAB membuka peluang pengenaan sanksi tambahan dari ASPROP mengingat kasus ini termasuk pelanggaran berat pada sepak bola amatir.

Ketua ASKAB PSSI Kabupaten Banjar, Supriyadi, menegaskan bahwa insiden ini menjadi pengingat penting bagi seluruh pihak. “Yang terpenting adalah semua pihak belajar dari kejadian ini. Sepak bola harus tetap menjadi ajang sportivitas dan persahabatan, bukan kekerasan,” tegasnya.

Wahyudi kini diwajibkan beristirahat setidaknya enam bulan untuk pemulihan penuh. Terkait kemungkinan proses hukum, panitia menyerahkan sepenuhnya kepada keluarga korban. Seluruh pemain yang terlibat diketahui merupakan warga Kabupaten Banjar, kecuali kapten bernomor punggung 9 yang berdomisili di Kalimantan Timur.

Insiden ini menjadi catatan kelam sekaligus peringatan keras bahwa pertandingan tidak boleh menjadi arena pelampiasan emosi. Disiplin dan etika bertanding menjadi fondasi agar kompetisi tetap berjalan sehat dan aman bagi semua pihak. []

Admin04

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com