GAZA – Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) menyatakan bahwa kasus malnutrisi di Jalur Gaza, Palestina, telah mencapai tingkat yang sangat mengkhawatirkan. Lonjakan angka kematian akibat kekurangan gizi menjadi indikator bahwa krisis kemanusiaan di wilayah tersebut semakin memburuk seiring berjalannya konflik yang belum mereda.
“Malnutrisi berada di jalur yang berbahaya di Jalur Gaza, ditandai dengan lonjakan kematian pada bulan Juli,” demikian pernyataan resmi WHO pada Minggu (27/07/2025), dikutip dari kantor berita AFP. Lembaga kesehatan dunia itu menyebut sebagian besar korban yang meninggal menunjukkan gejala kehilangan berat badan secara ekstrem dan tidak sempat menerima perawatan medis yang memadai.
WHO melaporkan bahwa dalam beberapa pekan terakhir, banyak warga Gaza meninggal saat tiba di fasilitas kesehatan atau tidak lama setelah menerima pertolongan pertama. Hal ini mencerminkan kondisi gizi yang amat buruk serta keterbatasan akses terhadap layanan medis yang layak.
Sementara itu, militer Israel (Israel Defense Forces/IDF) mengumumkan pelaksanaan “jeda kemanusiaan” di tiga wilayah Gaza, yakni al-Mawasi, Deir el-Balah, dan Gaza City. Jeda ini berlangsung dari pukul 10.00 hingga 20.00 waktu setempat dan diklaim sebagai upaya untuk memungkinkan distribusi bantuan. Namun, laporan di lapangan menunjukkan bahwa kekerasan masih terus terjadi.
Kementerian Kesehatan di Gaza mencatat sedikitnya 88 orang tewas dan 374 lainnya luka-luka dalam rentang waktu 24 jam terakhir akibat serangan di berbagai kawasan. Selain korban serangan langsung, enam orang dilaporkan meninggal dunia akibat kelaparan atau malnutrisi berat saat menjalani perawatan di rumah sakit pada hari yang sama.
Kementerian yang berada di bawah kendali faksi Hamas juga mengungkapkan bahwa jumlah korban meninggal akibat kelaparan kini telah mencapai 133 jiwa. Dari jumlah itu, 87 korban merupakan anak-anak, mencerminkan dampak besar krisis terhadap kelompok paling rentan.
Sejak dimulainya serangan militer Israel ke wilayah Gaza pada Oktober 2023, total korban jiwa telah mencapai sekitar 59 ribu orang, dengan jumlah korban luka mencapai 144 ribu. Situasi ini menjadi perhatian besar komunitas internasional yang mendesak gencatan senjata dan peningkatan akses kemanusiaan ke wilayah terdampak.
Kondisi ini mempertegas bahwa selain konflik bersenjata, krisis pangan dan kesehatan menjadi ancaman nyata bagi jutaan warga Palestina yang kini bertahan hidup di tengah keterbatasan dan blokade yang terus berlangsung.[]
Berita Borneo Terlengkap se-Kalimantan