BANJARMASIN – Pemerintah Kota Banjarmasin mulai menaruh perhatian serius terhadap kondisi Kampung Sungai Biuku, kawasan wisata berbasis sungai yang sempat populer namun kini tidak lagi aktif. Melalui instruksi langsung Wali Kota M Yamin, upaya revitalisasi ditekankan agar kawasan tersebut kembali hidup dan mampu menjadi daya tarik utama bagi wisatawan.
Momentum itu disampaikan Wali Kota Yamin saat menghadiri kegiatan gowes dan peninjauan langsung ke lokasi, Jumat (05/09/2025). Ia menilai, potensi Kampung Sungai Biuku tidak boleh terabaikan hanya karena keterbatasan pengelolaan atau kurangnya perhatian. “Jangan sampai dibiarkan mangkrak hanya karena kendala sumber daya manusia atau kurangnya perhatian,” tegasnya.
Menurutnya, kawasan dengan luas hampir dua hektare ini bisa dikembangkan menjadi ruang rekreasi keluarga, sarana edukasi, hingga arena bermain anak-anak. Tak hanya itu, revitalisasi dianggap penting agar masyarakat Banjarmasin memiliki alternatif hiburan tanpa harus keluar kota. “Revitalisasi kampung wisata sangat penting, agar masyarakat Banjarmasin tidak perlu mencari hiburan keluar kota,” ujarnya.
Yamin menegaskan, Pemkot Banjarmasin siap memberikan dukungan penuh untuk menghidupkan kembali kawasan wisata tersebut. Bentuk dukungan itu mencakup sosialisasi, pelatihan pengelola, hingga penyediaan fasilitas dasar yang layak. Selain itu, normalisasi aliran sungai di sekitar kawasan juga masuk dalam rencana agar lingkungan tetap bersih dan terawat. “Semoga langkah revitalisasi ini, Kampung Sungai Biuku dapat kembali menjadi ikon wisata Banjarmasin,” harapnya.
Pemkot juga berencana melakukan pendataan menyeluruh, evaluasi kondisi lapangan, hingga audit di beberapa titik guna memastikan program pembenahan berjalan optimal.
Plt Kepala Disbudporapar, Fitria, mengakui bahwa Kampung Sungai Biuku memang sempat menjadi destinasi unggulan pada 2021–2022. Namun dalam dua tahun terakhir, aktivitas wisata di sana mengalami penurunan drastis hingga terkesan mati suri. “Memang kendala kita adalah dari sisi SDM. Para pengelola Pokdarwis memiliki keterbatasan,” katanya.
Ia menjelaskan, kelompok sadar wisata (Pokdarwis) yang menjadi motor penggerak pariwisata setempat menghadapi keterbatasan dalam hal keterampilan dan jumlah personel. Kondisi itu membuat pengelolaan kawasan tidak berjalan maksimal.
Meski demikian, Fitria optimistis Kampung Sungai Biuku bisa kembali bangkit apabila semua pihak turut terlibat, baik pemerintah, masyarakat, maupun pelaku usaha.
Selain fokus pada pembenahan infrastruktur, revitalisasi Kampung Sungai Biuku diharapkan berdampak positif terhadap pergerakan ekonomi lokal. Aktivitas wisata diyakini akan membuka peluang usaha baru bagi warga, baik dalam bentuk jasa transportasi, kuliner, maupun produk kerajinan khas Banjar. “Kalau sudah wisata itu hidup, tentu ekonomi akan datang sendiri. Edukasi ini perlu, agar kampung mereka bisa menjadi pilihan kunjungan,” jelas Fitria.
Ia juga menyebut sebagian besar lahan di Kampung Biuku merupakan milik warga. Dengan kerja sama yang baik, lahan tersebut dapat dimanfaatkan untuk beragam kegiatan wisata, mulai dari wisata edukasi pertanian, kampung kuliner khas Banjar, hingga pusat kerajinan.
Menurut Fitria, jika lahan warga bisa dikembangkan, maka daya tarik Kampung Sungai Biuku tidak hanya sebatas tempat rekreasi, melainkan juga pusat ekonomi kreatif masyarakat. “Ke depan, kegiatan pariwisata bisa diarahkan ke sini agar Kampung Biuku kembali hidup,” tandasnya.
Revitalisasi Kampung Sungai Biuku menjadi salah satu langkah strategis Pemkot Banjarmasin dalam memperkuat citra kota berbasis sungai. Jika pembenahan ini berhasil, kawasan tersebut tidak hanya menjadi tempat wisata, tetapi juga simbol bagaimana budaya sungai dapat dihidupkan kembali sebagai identitas kota.
Bagi masyarakat, kebangkitan Kampung Sungai Biuku bukan sekadar peluang hiburan, melainkan kesempatan untuk meningkatkan kesejahteraan melalui pariwisata. Dengan dukungan lintas sektor, kawasan ini diharapkan mampu bangkit dan kembali menjadi kebanggaan warga Banjarmasin. []
Admin03
Berita Borneo Terlengkap se-Kalimantan