GAZA – Sedikitnya 80 orang tewas akibat serangan udara yang dilancarkan Israel di Jalur Gaza, menurut laporan rumah sakit dan petugas tanggap darurat setempat. Rumah Sakit Indonesia melaporkan bahwa 22 anak dan 15 perempuan termasuk di antara 50 korban jiwa setelah sejumlah rumah di kawasan Jabalia utara hancur dalam serangan semalam. Sementara itu, Rumah Sakit al-Awda melaporkan menerima sembilan jenazah lainnya, tujuh di antaranya adalah anak-anak.
Militer Israel mengklaim serangan tersebut menyasar para pejuang dari Hamas dan Jihad Islam Palestina di wilayah utara. Sebelumnya, militer telah memperingatkan warga Jabalia dan daerah sekitarnya untuk mengungsi setelah terjadi peluncuran roket ke wilayah Israel.
Peringatan keras atas situasi ini juga datang dari pejabat tinggi kemanusiaan PBB. Dalam pertemuan Dewan Keamanan PBB di New York, Tom Fletcher menyerukan tindakan segera guna mencegah genosida di Gaza. Ia menuduh Israel secara sengaja memberlakukan kondisi tidak manusiawi terhadap warga sipil. Ia juga mendesak agar Israel mencabut blokade yang telah berlangsung selama sepuluh pekan, serta mengecam rencana distribusi bantuan oleh pihak swasta sebagai kedok untuk kekerasan dan pengusiran lebih lanjut terhadap warga Palestina.
Tuduhan tersebut ditolak oleh Duta Besar Israel untuk PBB, Danny Danon, yang menyebutnya tidak berdasar dan keterlaluan. Ia menyatakan sistem distribusi bantuan yang ada tidak efektif karena dimanfaatkan untuk mendukung upaya perang Hamas, klaim yang dibantah oleh PBB dan kelompok bersenjata tersebut.
Militer Israel kembali mengeluarkan peringatan evakuasi pada Rabu bagi enam kawasan di lingkungan Rimal, Gaza City. Mereka menuduh Hamas memanfaatkan kawasan sipil untuk aktivitas teroris. Daerah yang dimaksud mencakup Rumah Sakit al-Shifa, Universitas Islam, serta beberapa kompleks sekolah dan diduga menjadi lokasi pusat komando serta pertemuan Hamas.
Serangan udara besar-besaran pada Selasa juga menargetkan kompleks Rumah Sakit Eropa di Khan Younis yang menewaskan setidaknya 28 orang. Militer Israel menyebut sasaran mereka adalah pusat komando Hamas di bawah rumah sakit tersebut. Media Israel melaporkan target utama adalah Mohammed Sinwar, yang diyakini menggantikan saudaranya, Yahya Sinwar, sebagai pemimpin Hamas setelah tewas dalam serangan sebelumnya.
Krisis kemanusiaan di Gaza kian memburuk. Israel memutus total pasokan bantuan pada 2 Maret dan melanjutkan ofensif militer pada 18 Maret setelah gencatan senjata selama dua bulan gagal. PBB memperkirakan 20% dari total penduduk Gaza telah mengungsi kembali dan 70% wilayah masuk dalam zona larangan militer Israel atau perintah evakuasi. Kekurangan bahan makanan dan bahan bakar menyebabkan seluruh roti PBB dan lebih dari 60% dapur umum terpaksa tutup.
Sebuah laporan yang didukung PBB menyebut seluruh populasi Gaza mengalami kelangkaan pangan akut, dan setengah juta orang terancam kelaparan. PBB menegaskan Israel berkewajiban secara hukum internasional untuk memastikan pasokan makanan dan obat-obatan, namun Israel mengklaim telah mematuhi hukum internasional dan tidak terjadi kekurangan bantuan karena ribuan truk sempat masuk selama masa gencatan senjata.
Sementara itu, kelompok Hamas telah membebaskan sandera terakhir yang berkewarganegaraan ganda Israel-Amerika, Edan Alexander, sebagai isyarat niat baik kepada Presiden AS Donald Trump. Trump, dalam pertemuan dengan para pemimpin Teluk di Riyadh, menyatakan harapannya agar lebih banyak sandera dibebaskan sebagai langkah menuju perdamaian. Pemerintah Israel juga dikabarkan melanjutkan pembicaraan dengan utusan khusus AS dan mediator dari Qatar dan Mesir.
Namun, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menegaskan perang akan terus berlanjut dan mengindikasikan tidak akan berhenti sebelum Hamas dihancurkan sepenuhnya. Ia menyebut mungkin ada gencatan senjata sementara, tetapi perang tidak akan dihentikan.
Sejak serangan Hamas ke wilayah Israel pada 7 Oktober 2023 yang menewaskan sekitar 1.200 orang dan menculik 251 lainnya, Israel meluncurkan kampanye militer untuk menghancurkan Hamas. Menurut Kementerian Kesehatan di Gaza yang dikelola Hamas, setidaknya 52.928 orang telah tewas sejak saat itu, termasuk 2.799 sejak ofensif terbaru dimulai kembali. []
Redaksi11