Festival Fano 2025, Layangan Nusantara Curi Perhatian

HULU SUNGAI SELATAN – Pulau Fano di Denmark kembali menjadi tuan rumah Fano International Kite Fliers Meeting 2025, ajang bergengsi bagi para pecinta layangan dari seluruh dunia. Tahun ini, kehadiran Tim Pelayang Indonesia, termasuk dua putra daerah Hulu Sungai Selatan (HSS), Kalimantan Selatan, yakni Kaspianor Ridani dan Hirdiansyah, menjadi salah satu daya tarik tersendiri.

Dikonfirmasi dari Kandangan, HSS, Jumat (21/06/2025) malam, Kaspianor menjelaskan bahwa mereka berangkat bersama rombongan Tim Pelayang Indonesia untuk memperkenalkan seni layangan tradisional Nusantara di pentas global. Festival yang digelar sejak 14 hingga 21 Juni 2025 ini bukan sekadar perayaan kreativitas, tetapi juga ajang diplomasi budaya. “Sebelum berangkat, kami sempat bertemu dengan Menteri Kebudayaan RI, Fadli Zon, di Jakarta. Beliau memberikan dukungan dan motivasi kepada tim,” ungkap Kaspianor.

Rombongan kemudian berangkat dari Bandara Soekarno-Hatta menuju Denmark pada 13 Juni, dan disambut oleh perwakilan Kedutaan Besar RI di Bandara Copenhagen keesokan harinya.

Salah satu momen yang paling berkesan, menurut Kaspianor, adalah ketika tim Indonesia mengikuti pawai budaya, mengenakan pakaian adat khas daerah masing-masing. “Saya memakai pakaian adat Banjar, sementara rekan saya Hirdiansyah mengenakan busana Dayak Meratus. Kami ingin menunjukkan kepada dunia kekayaan budaya Indonesia,” tuturnya.

Festival yang berlangsung di kawasan Pantai Rindby hingga utara Fano Bad ini diisi dengan pameran, kompetisi, hingga berbagai kegiatan sosial yang mempererat hubungan antarbangsa. Dalam suasana penuh persahabatan, Tim Indonesia mendapatkan sambutan hangat, termasuk undangan makan malam dari panitia penyelenggara serta Wali Kota Fano. “Alhamdulillah, partisipasi kami sangat diapresiasi. Ini membuktikan bahwa seni dan budaya Indonesia punya tempat di hati masyarakat internasional,” ujar Kaspianor.

Ia juga mengakui bahwa cuaca di Fano sempat menjadi tantangan tersendiri. Dengan suhu udara 7-17 derajat Celsius dan angin yang kencang, tim harus beradaptasi cepat agar layangan Dandang tetap bisa diterbangkan dengan optimal.

Meski demikian, semangat tim tak surut. Keikutsertaan mereka membawa misi lebih besar: memperkenalkan seni layangan tradisional sebagai bagian dari diplomasi budaya Indonesia. Tim Pelayang Indonesia tahun ini diisi oleh perwakilan dari berbagai daerah, masing-masing membawa layangan khas yang mencerminkan keberagaman seni Nusantara.

Festival Fano yang telah digelar untuk ke-41 kalinya ini memang menjadi ajang bertemunya para pelayang dunia untuk berbagi teknik, seni, dan budaya. Partisipasi Indonesia bukan sekadar persaingan, tetapi wujud nyata upaya memperkenalkan budaya bangsa di forum internasional. []

Admin 02

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com