JAKARTA – Pemerintah terus memperkuat langkah strategis dalam upaya mewujudkan swasembada gula nasional. Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman, mengajak seluruh pemangku kepentingan di sektor perkebunan tebu untuk meningkatkan kinerja secara eksponensial guna memenuhi target swasembada gula konsumsi pada 2028 dan gula industri pada 2030.
“Kita harus bergerak eksponensial. Seperti yang sudah terjadi pada sektor pangan, stok beras dan jagung kita saat ini tertinggi sepanjang sejarah kemerdekaan, sekarang giliran tebu yang kita benahi,” ungkap Amran dalam keterangannya dikutip Sabtu (21/06/2025).
Untuk mencapai target tersebut, Kementerian Pertanian mengusung dua pendekatan utama dalam pengembangan komoditas tebu nasional, yakni intensifikasi dan ekstensifikasi. Upaya intensifikasi mencakup peningkatan efisiensi sistem irigasi, pemanfaatan benih unggul, pengolahan lahan yang lebih optimal, serta penanganan terhadap kondisi ratoon yang sudah melewati usia ideal.
“Bayangkan, 86% ratoon kita sudah 3 ke atas, berarti sudah rusak kan. Nah, kita harus selesaikan ini dalam waktu singkat. Paling lambat 3 tahun kita harus bongkar ratoon, seluruhnya harus dibongkar, tidak ada pilihan,” tegas dia.
Pemerintah akan memberikan dukungan berupa pupuk bersubsidi, pembangunan infrastruktur pertanian, serta pengadaan benih unggul melalui kerja sama dengan badan usaha milik negara seperti PTPN. Selain itu, program ekstensifikasi dilakukan melalui perluasan areal tanam baru dengan target awal seluas 200.000 hektare dari total 500.000 hektare yang ditetapkan sebagai target nasional.
“Ini bukan target maksimal (lahan), ini target minimal. Bisa mulai disiapkan tahun ini dan diselesaikan paling lambat tiga tahun. Anggaran untuk gula kalau untuk PTPN ya, diperkirakan Rp10 hingga Rp40 triliun,” ucap dia.
Amran juga menyoroti perlunya pembenahan kebijakan pembiayaan, khususnya Kredit Usaha Rakyat (KUR), agar lebih berpihak kepada petani. Ia menilai sistem akumulasi kredit saat ini menjadi hambatan bagi petani untuk kembali mendapatkan modal usaha.
“Kredit KUR itu harus disesuaikan. Kalau petani bayar lancar tiap tahun, kenapa tidak bisa ambil lagi? Harusnya tiap tahun bisa diakses tanpa akumulasi yang menghambat, karena saat ini setelah Rp500 juta, enggak bisa ngambil lagi, akumulasi. Nah ini kan menghambat,” kata Amran.
Di tengah kondisi iklim global yang penuh ketidakpastian, produksi gula nasional menunjukkan tren peningkatan yang signifikan. Tahun ini, produksi dalam negeri diperkirakan mencapai 2,9 juta ton, tertinggi dalam beberapa tahun terakhir.
“Diperkirakan produksi (gula) tahun ini 2,9 juta ton, dan itu tertinggi. Kita optimis swasembada gula segera tercapai. White sugar kita sudah hampir mencukupi kebutuhan dalam negeri. Artinya, kita sedang menuju swasembada, kita mau bukan hanya gula untuk konsumsi, tapi juga industri,” jelasnya.
Sebagai catatan, produksi gula nasional pada 2024 tercatat sebesar 2,46 juta ton atau naik 8,57 persen dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 2,27 juta ton. Dengan prediksi produksi tahun 2025 yang mencapai 2,901 juta ton, Kementerian Pertanian terus mempercepat langkah menuju kemandirian produksi gula baik untuk konsumsi maupun kebutuhan industri nasional. []
Admin05