KUTAI KARTANEGARA — Komoditas lada yang selama ini menjadi identitas perkebunan di Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar) kini menghadapi tantangan serius. Dinas Perkebunan Kukar (Disbun Kukar) mencatat bahwa lebih dari separuh areal kebun lada di wilayah ini telah menyusut drastis akibat alih fungsi lahan, terutama menjadi area tambang.
Kondisi paling mencolok terjadi di Desa Batuah, Kecamatan Loa Janan, yang dulu dikenal sebagai sentra utama lada Kukar. Kini, lahan-lahan produktif di wilayah tersebut berubah fungsi, meninggalkan jejak krisis yang mengancam keberlanjutan komoditas unggulan daerah.
“Kondisi ini sangat memprihatinkan. Lada kita punya kualitas ekspor, tapi justru kehilangan tempat tumbuhnya. Rata-rata peralihan ini merupakan pekebun lada yang memiliki lahan sendiri,” ujar Kepala Bidang Produksi Disbun Kukar, Subagio, saat ditemui di Tenggarong, Kamis (26/06/2025).
Varietas Malonan yang berasal dari Loa Janan dan Muara Badak sebelumnya menjadi primadona karena aroma dan mutu yang tinggi. Sayangnya, ekspansi tambang secara masif membuat para petani kehilangan ruang untuk mempertahankan komoditas ini. Subagio menegaskan bahwa permasalahan ini bukan hanya soal pertanian, tetapi juga menyangkut tata kelola ruang yang adil.
Meski tekanan lahan kian tinggi, Disbun Kukar masih berupaya mempertahankan kawasan-kawasan perkebunan lada yang tersisa, seperti di Sebulu dan Muara Badak. Bantuan berupa pupuk, herbisida, serta program intensifikasi terus digelontorkan agar petani tidak patah semangat menjaga sisa-sisa harapan dari komoditas historis ini.
Menariknya, meskipun luas kebun berkurang, nilai ekonomi lada justru menunjukkan peluang cerah. Disbun Kukar sedang menjalin komunikasi dengan eksportir dari Jakarta yang berminat membeli lada Kukar untuk pasar Tiongkok. Peluang ini membuka jalan bagi kebangkitan lada Kukar sebagai komoditas bernilai tinggi, meski dalam skala terbatas.
Dalam jangka panjang, Disbun Kukar berharap ada perlindungan melalui kebijakan tata ruang yang lebih berpihak pada pertanian. Zonasi khusus untuk komoditas strategis seperti lada dinilai mendesak, demi mencegah hilangnya warisan pertanian yang pernah mengangkat nama Kukar di tingkat nasional.
“Jika tidak segera diintervensi, Kukar berisiko kehilangan salah satu komoditas historis yang pernah menjadi andalan daerah. Kami terus berjuang mempertahankan apa yang masih bisa diselamatkan,” pungkas Subagio. [] ADVERTORIAL
Penulis: Jemi Irlanda Haikal | Penyunting: Nursiah
Berita Borneo Terlengkap se-Kalimantan