BALIKPAPAN – Kenaikan inflasi di Kota Balikpapan pada Juni 2025 menjadi sorotan, terutama karena dampaknya yang langsung dirasakan oleh masyarakat, khususnya pada kebutuhan pokok dan layanan penting. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi bulan tersebut sebesar 0,82 persen secara bulanan (month-to-month/mtm), menandakan adanya tekanan harga yang signifikan dibandingkan bulan sebelumnya.
Secara kumulatif sejak Januari hingga Juni 2025, inflasi Balikpapan mencapai 2,16 persen (year-to-date/ytd), sedangkan inflasi tahunan (year-on-year/yoy) tercatat 1,77 persen. Meski masih dalam rentang sasaran nasional 2,5 persen ±1 persen, masyarakat mulai merasakan dampaknya terhadap pengeluaran rumah tangga, terutama saat libur panjang Iduladha.
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Balikpapan, Robi Ariadi, menilai bahwa inflasi yang terjadi lebih banyak dipicu oleh sektor kebutuhan dasar, yang turut meningkatkan beban konsumsi warga.
“Inflasi yang terjadi pada Juni 2025 terutama disumbang oleh kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau, dengan andil sebesar 0,40 persen mtm. Kelompok ini masih menjadi kelompok dominan penyumbang inflasi di Balikpapan,” ujarnya, Selasa (08/07/2025).
Robi menyebutkan lima komoditas utama penyumbang inflasi pada bulan tersebut, yakni angkutan udara, beras, bimbingan belajar, bahan bakar rumah tangga, dan kacang panjang. Semua komoditas tersebut memiliki hubungan erat dengan pengeluaran sehari-hari keluarga kelas menengah dan bawah.
“Kenaikan tarif angkutan udara didorong oleh peningkatan permintaan pada periode libur panjang, termasuk Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) Idul Adha yang bertepatan dengan akhir pekan. Ini mendorong maskapai melakukan penyesuaian harga,” jelasnya.
Sementara itu, harga beras melonjak akibat pasokan terbatas, meski permintaan tetap tinggi. Dampaknya sangat dirasakan oleh keluarga berpenghasilan tetap yang tak memiliki pilihan selain terus membeli komoditas utama ini.
Kenaikan harga bahan bakar rumah tangga pun menjadi pukulan tambahan. Distribusi yang tidak merata dari pangkalan resmi membuat masyarakat bergantung pada pengecer yang menjual dengan harga lebih tinggi.
“Kenaikan harga bimbingan belajar terjadi karena meningkatnya permintaan menjelang ujian masuk perguruan tinggi negeri. Penyedia jasa memanfaatkan momentum ini untuk menyesuaikan tarif sesuai kondisi pasar,” pungkasnya.
Kondisi serupa juga terjadi pada kacang panjang. Cuaca buruk menyebabkan penurunan produksi dan menipisnya pasokan. Para petani pun terpaksa menaikkan harga jual untuk menutupi biaya usaha tani yang meningkat.
Di tengah tantangan ekonomi dan cuaca yang tidak menentu, inflasi yang menekan daya beli masyarakat menjadi pengingat pentingnya kebijakan pengendalian harga yang adaptif dan berpihak pada kelompok rentan. Balikpapan, sebagai kota industri dan pintu gerbang Kalimantan Timur, dituntut mampu menjaga keseimbangan harga demi menjaga kesejahteraan warganya.[]
Penulis: Desy Alfy Fauzia | Penyunting: Rasidah
Berita Borneo Terlengkap se-Kalimantan