KUTAI KARTANEGARA — Komitmen Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar) dalam memperkuat jati diri budaya lokal kembali ditunjukkan melalui keterbukaan Dinas Pariwisata Kukar (Dispar Kukar) dalam mendukung pemanfaatan lahan miliknya untuk pengembangan Museum Kayu. Inisiatif yang digerakkan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kukar (Disdikbud Kukar) tersebut dinilai sejalan dengan semangat pelestarian warisan budaya sekaligus peningkatan literasi sejarah bagi masyarakat, khususnya kalangan pelajar.
Pelaksana tugas (Plt) Kepala Dispar Kukar, Arianto, menegaskan bahwa pihaknya menyambut positif langkah Disdikbud yang hendak memanfaatkan lokasi Museum Kayu sebagai ruang edukatif dan partisipatif. Bagi Dispar, optimalisasi aset daerah seperti ini penting untuk memberikan dampak langsung bagi warga.
“Disdikbud mau memanfaatkan untuk pengembangan Museum Kayu, kami sudah persilakan. Karena itu aset daerah juga. Sepanjang untuk kemajuan Kukar dan bisa memberikan pelayanan kepada masyarakat, silakan gunakan lahan itu,” ujar Arianto saat ditemui di Tenggarong, Kamis (26/06/2025).
Menurut Arianto, dukungan terhadap pengembangan museum tidak hanya terbatas pada penyediaan ruang, tetapi juga bagian dari tanggung jawab moral dalam memperluas akses masyarakat terhadap pengetahuan budaya. Ia berharap, museum ini bisa tampil sebagai sarana pembelajaran kontekstual yang mampu membumikan sejarah dan kearifan lokal di tengah dinamika generasi muda saat ini.
“Kalau museum dikembangkan dengan pendekatan edukatif dan partisipatif, maka fungsinya akan jauh lebih besar. Kami ingin museum ini bisa menyentuh dunia pendidikan, menjadi pelengkap kurikulum budaya, dan tentunya memperkenalkan identitas Kukar ke khalayak luas,” ucapnya.
Lebih jauh, Arianto membuka peluang kerja sama lintas sektor untuk menjadikan Museum Kayu sebagai destinasi wisata edukatif. Ia mendorong agar museum menyelenggarakan program seperti pameran interaktif, pelatihan seni tradisional, dan kunjungan belajar yang menyasar pelajar maupun komunitas budaya.
“Kami optimistis, jika Museum Kayu dikembangkan secara serius, maka akan berdampak luas baik dalam membentuk karakter generasi muda, melestarikan budaya, hingga meningkatkan kunjungan wisata,” imbuhnya.
Ia juga menekankan pentingnya kolaborasi antarlembaga agar pengelolaan aset publik bisa lebih adaptif dan tidak terjebak pada batas administratif semata. Menurutnya, pembangunan sektor budaya membutuhkan sinergi dan kepekaan terhadap nilai-nilai kearifan lokal.
“Kolaborasi ini kami nilai sangat strategis. Karena pembangunan daerah hari ini harus mengedepankan kebersamaan dan fokus pada hasil nyata yang bisa dirasakan masyarakat. Apalagi dalam konteks budaya, harus ada keterlibatan semua pihak,” tutupnya.
Museum Kayu ke depan diharapkan bukan hanya menjadi tempat penyimpanan benda bersejarah, tetapi juga jendela yang membuka cakrawala generasi Kukar dalam mengenali identitas mereka. Dengan pendekatan kolaboratif dan berorientasi publik, museum ini digadang-gadang menjadi simbol baru pelestarian budaya Kalimantan Timur (Kaltim). [] ADVERTORIAL
Penulis: Jemi Irlanda Haikal | Penyunting: Rasidah
Berita Borneo Terlengkap se-Kalimantan