Puluhan Perahu Meriahkan Ritual Selamatan Leut di Kotabaru

KOTABARU – Laut Kotabaru dipenuhi puluhan perahu balap milik Suku Bajau Samah pada Minggu (24/08/2025). Perahu-perahu tersebut bergerak beriringan menuju tengah laut untuk melaksanakan Selamatan Leut, tradisi sakral turun-temurun yang menjadi bagian dari Festival Budaya Saijaan. Tahun ini, prosesi adat itu mengangkat tema “Magic From The Sea”, sebuah makna tentang keajaiban yang datang dari laut.

Acara tersebut semakin istimewa karena mendapat dukungan langsung dari pemerintah pusat maupun daerah. Staf Ahli Bidang Manajemen Krisis Kementerian Pariwisata, Fadjar Hutomo, hadir bersama Wakil Bupati Kotabaru, Syairi Mukhlis, serta unsur Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda). Kehadiran pejabat tersebut menegaskan pentingnya menjaga warisan budaya bahari Suku Bajau Samah yang telah lama dikenal sebagai pengembara laut.

Persiapan menuju Selamatan Leut telah dilakukan jauh hari. Sejak Kamis (21/08/2025), warga mulai memandikan pusaka gendang dan membuat kelengkea, anyaman daun nipah berbentuk persegi. Sehari setelahnya, Jumat (22/08/2025), mereka menyiapkan kue tujuh rupa sambil mengiringinya dengan tabuhan gendang gamelan khas Bajau Samah. Suara musik tradisional terus terdengar sepanjang hari, hanya berhenti ketika waktu salat tiba. Sabtu (23/08/2025), jumlah kue bertambah menjadi 41 macam dan malam harinya sajian itu dibawa ke darat sebagai wujud syukur kepada “penjaga darat”. Setelah melalui doa bersama, sesaji dikembalikan lagi untuk melengkapi prosesi.

Puncak ritual berlangsung Minggu pagi. Sesaji dilengkapi lakatan tujuh warna dan kue rampa, lalu dibawa ke laut menuju Gusung Balienteang. Iring-iringan ini dikawal ketat oleh dua kapal TNI AL, aparat kepolisian air, Dinas Perhubungan, hingga Basarnas. Perjalanan sekitar 30 menit itu berakhir di sebuah rumah kecil terapung yang menjadi pusat ritual, dikelilingi puluhan perahu nelayan.

Hamdani, seorang Sandro dari Desa Rampa, memimpin doa adat. Ia menancapkan bambu khusus ke laut dangkal. Berdasarkan keyakinan masyarakat Bajau, air di sekitar bambu itu sejenak berubah menjadi tawar. Warga kemudian menyelam untuk meminum atau membawa pulang air yang dipercaya membawa berkah kesehatan dan keselamatan.

Prosesi berlangsung khidmat meski sempat diwarnai peristiwa di Siring Laut ketika seorang warga mengalami kesurupan. Namun, keadaan segera terkendali setelah ditangani langsung oleh Sandro. Seusai acara, Hamdani menyampaikan rasa syukurnya.

“Kami berharap, kedepannya Dinas Pariwisata maupun Kementerian dapat selalu berkolaborasi dan mengangkat suku kami sebagai Event budaya nasional,” ujarnya. Ia juga meminta agar seluruh komunitas Bajau di Nusantara dapat diundang dalam ritual tahunan di Kotabaru, sehingga tradisi ini semakin dikenal luas dan tetap lestari.[]

Admin05

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com