SAMARINDA – Keberadaan museum di Kota Samarinda kembali menjadi sorotan setelah dinilai belum mampu berkembang optimal meski telah berdiri sejak beberapa tahun lalu. Wakil Ketua Komisi IV Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Samarinda, Sri Puji Astuti, menyebut bangunan yang mulai digunakan sejak 2019 kini sudah menunjukkan kerusakan. “Karena dari bangunan saja itu sudah tahun 2019, akan dibangun itu saat ini sudah mulai banyak yang bolong-bolong dan rusak ya,” ujarnya saat ditemui di Kantor DPRD Kota Samarinda, Rabu (10/09/2025) siang.
Puji menambahkan, lokasi museum yang berada di pinggir jalan belum mampu dimanfaatkan secara maksimal. Alih-alih menjadi pusat perhatian, area sekitar museum justru banyak dipakai untuk lahan parkir. “Mungkin lalu tentang suasana ya, suasana di pinggir jalan itu malah sekarang dijadikan tempat parkir,” katanya. Meski demikian, ia mengakui ada sisi positif dari kondisi itu karena bisa saja pengendara yang parkir tertarik untuk mengunjungi museum. “Ini kan juga mungkin satu sisi positifnya, mungkin orang parkir di situ akan, ‘Oh, ini kita ternyata punya museum,’ dia akan tertarik,” jelasnya.
Menurut Puji, persoalan utama yang membuat museum Samarinda kurang berkembang adalah keterbatasan koleksi. “Tapi dengan begitu kita akan harus menyiapkan isinya, hambatannya itu di Kota Samarinda kenapa museumnya tidak terlalu berkembang dengan baik, ternyata barang-barang yang ada di dalamnya itu masih terbatas ya,” tegasnya.
Ia mengusulkan agar koleksi bisa ditambah melalui sumbangan, pinjaman, ataupun pembelian barang bersejarah yang berkaitan dengan perjalanan Kota Samarinda. “Kita harus banyak perlu barang baik itu kayak sumbangan dari masyarakat atau pinjam gitu atau kita membeli barang yang bisa dijadikan tonggak sejarah, misalnya tentang literasi, literatur, tentang lukisan, atau tentang barang-barang yang bersejarah yang mendukung berdirinya Kota Samarinda gitu,” ungkapnya.
Komisi IV DPRD disebut sudah membahas persoalan ini agar museum tidak sekadar berdiri, tetapi benar-benar menjadi sarana edukasi. “Itu tadi sudah didiskusikan dengan kami dengan Komisi IV, apa sih yang akan kita lakukan untuk supaya museum yang ada di Kota Samarinda ini sudah dibangun zamannya wali kota terdahulu itu bisa betul-betul bermanfaat sebagai sarana edukasi untuk masyarakat,” jelasnya.
Selama ini, mayoritas pengunjung museum berasal dari kalangan pelajar. Namun, minat mereka masih rendah karena kurangnya sarana interaktif. “Selama ini pengunjungnya banyak, tetapi ternyata pengunjungnya kebanyakan anak-anak sekolah, dan anak-anak sekolahnya juga mungkin tidak terlalu tertarik, kurang interaktif, sarana interaktifnya kurang,” terangnya.
Meski museum telah memiliki peralatan digital, jumlahnya masih terbatas. Kondisi ini diperparah karena banyak siswa yang belum terbiasa menggunakannya. “Walaupun kita punya alat digital itu, cuman kan terbatas ya. Terus yang menggunakannya juga anak-anak mungkin juga kurang, kurang familiar,” tambahnya.
Puji menegaskan, museum seharusnya bisa menjadi pusat edukasi utama di Samarinda, terlebih dengan jumlah siswa yang mencapai ratusan ribu orang. “Ini kita ini punya 134.000 siswa, dari tingkat PAUD hingga SMP, kalau itu bisa semua berkunjung kan bagus banget, lalu kita harus menyiapkan sarana-sarana yang ramah terhadap anak,” pungkasnya.[] ADVERTORIAL
Penulis: Yus Rizal Zulfikar | Penyunting: Rasidah
Berita Borneo Terlengkap se-Kalimantan