Tren Nongkrong Hidupkan Ruang Publik di Tana Tidung

TANA TIDUNG – Aktivitas nongkrong yang identik dengan duduk santai di warung kopi kini berkembang menjadi bagian penting dari gaya hidup anak muda di Kabupaten Tana Tidung, Kalimantan Utara. Bagi mereka, kebiasaan berkumpul tidak hanya soal menikmati minuman atau makanan, tetapi juga wadah menjaga kebersamaan dan mempererat hubungan sosial.

Di Desa Tideng Pale, Kecamatan Sesayap, hampir setiap sore hingga malam hari suasana jalanan dan ruang terbuka publik dipenuhi anak muda. Mereka berkumpul di berbagai titik, mulai dari kafe, warung sederhana, hingga ruang terbuka hijau. Suasana akrab tercipta melalui obrolan ringan, canda tawa, bahkan permainan musik sederhana.

Fenomena ini turut dirasakan Angga, pemilik Rayuan Cafe yang mengaku nongkrong kini menjadi tren yang membawa warna baru bagi kehidupan sosial masyarakat. “Nongkrong itu bukan cuma minum atau makan. Tapi lebih ke silaturahmi, ngobrol santai, kadang juga bisa lahir ide-ide baru dari situ,” katanya kepada TribunKaltara.com, Sabtu (13/09/2025).

Menurut Angga, obrolan ringan saat nongkrong sering kali menghasilkan gagasan yang bermanfaat. “Kadang dari ngobrol kecil aja bisa muncul hal besar. Jadi nongkrong itu ada positifnya juga, bukan cuma buang-buang waktu,” ujarnya.

Sementara itu, Rehan, seorang pemuda Tideng Pale, mengaku nongkrong sudah menjadi bagian dari rutinitas sehari-harinya. Hampir setiap hari ia meluangkan waktu untuk bertemu kawan-kawan. “Kalau nongkrong rasanya enak aja, bisa cerita apa aja sama kawan. Kadang cuma ngobrol hal receh, tapi bikin tambah dekat,” ungkapnya.

Ia menambahkan bahwa kebersamaan yang tercipta saat nongkrong membuat hubungan persahabatan semakin erat. “Kalau sehari nggak ketemu, kayak ada yang kurang. Jadi ya hampir tiap hari pasti ada waktu buat nongkrong,” ujar Rehan sambil tersenyum.

Bagi Rehan, nongkrong juga menjadi penyeimbang di tengah era digital yang membuat orang lebih banyak berinteraksi lewat layar ponsel. “Sekarang orang lebih banyak pegang HP, tapi nongkrong bikin kita tetap bisa tatap muka. Itu yang penting,” tutupnya.

Fenomena ini menunjukkan bahwa nongkrong bukan sekadar hiburan, melainkan sarana menjaga ikatan sosial di tengah kesibukan. Tidak sedikit pelaku usaha kuliner di Tana Tidung yang melihat peluang dari tren ini dengan membuka tempat nongkrong nyaman untuk anak muda. Pada akhirnya, nongkrong bukan hanya budaya populer baru, melainkan juga ruang sosial yang mempertemukan berbagai gagasan, cerita, dan pengalaman antar-generasi muda di Tana Tidung. []

Admin03

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com