BANJARBARU – Kebakaran hutan dan lahan (karhutla) masih menjadi ancaman serius di Kalimantan Selatan. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Kalsel mencatat sejak awal tahun hingga (14/09/2025), sebanyak 395 kejadian karhutla telah melanda 13 kabupaten/kota di daerah ini.
Kabid Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Kalsel, Bambang Dedi Mulyadi, menjelaskan luas lahan yang terbakar mencapai 915,94 hektare, sementara 2.438 titik hotspot berhasil terdeteksi selama periode tersebut. “Data ini terhitung 1 Januari sampai 14 September 2025,” ujarnya kepada Banjarmasinpost.co.id.
Dari catatan BPBD, Kabupaten Hulu Sungai Selatan (HSS) menjadi daerah dengan kejadian terbanyak, yakni 100 kasus karhutla dengan lahan terdampak mencapai 228,22 hektare. Kota Banjarbaru berada di posisi kedua dengan 64 kejadian yang membakar 137,52 hektare. Sementara Tanahlaut mencatat 50 kejadian dengan luas terdampak 171,37 hektare.
Selain itu, Kabupaten Banjar mengalami 34 kejadian dengan 84,55 hektare terdampak. Diikuti Hulu Sungai Utara (HSU) sebanyak 28 kejadian seluas 98,86 hektare, Balangan 21 kejadian dengan 27,16 hektare, Baritokuala 19 kejadian dengan 53 hektare, serta Hulu Sungai Tengah (HST) 12 kejadian seluas 11,57 hektare.
Sementara itu, Kotabaru dan Tabalong masing-masing mencatat lima kejadian dengan luasan terdampak 8,95 hektare dan 4,21 hektare. Tanahbumbu mengalami empat kejadian dengan 4,05 hektare, sedangkan Banjarmasin menjadi wilayah dengan angka terendah, hanya satu kejadian karhutla.
Meski angka tersebut masih cukup tinggi, Bambang menegaskan bahwa dibandingkan dua tahun terakhir, jumlah karhutla di Kalsel justru mengalami penurunan. “Upaya mitigasi terus kita tingkatkan, data yang ada karhutla 2025 dibanding tahun 2024 apalagi 2023, jauh menurun signifikan,” ungkapnya yang juga menjadi Humas Satgas Penanggulangan Siaga Karhutla Provinsi Kalsel 2025.
Penurunan ini, menurut Bambang, tidak lepas dari sejumlah faktor. Selain fenomena kemarau basah yang melanda sebagian wilayah, juga karena adanya kolaborasi lintas sektor dalam pencegahan karhutla. Sosialisasi kepada masyarakat dilakukan secara masif, baik melalui pertemuan langsung di desa maupun lewat media.
Tak hanya itu, dukungan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dengan penyediaan helikopter water bombing dan heli patroli juga terbukti efektif dalam menekan penyebaran api, terutama di daerah rawan seperti HSS dan HSU. “Helikopter water bombing dan heli patroli yang disiagakan oleh BNPB di Kalsel, juga sangat efektif membantu pemadaman karhutla di daerah-daerah hulu sungai,” jelas Bambang.
Meski tren karhutla menurun, BPBD tetap mengingatkan masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan. Gubernur Kalsel disebut terus menekankan agar seluruh pihak memperkuat kesiapsiagaan, mengingat kebakaran lahan selalu menjadi ancaman tahunan di provinsi ini. []
Admin03
Berita Borneo Terlengkap se-Kalimantan