KUTAI KARTANEGARA — Tanaman kelapa sawit, khususnya yang masih dalam tahap TBM (Tanaman Belum Menghasilkan), rentan terhadap serangan hama serius yang dapat mengancam produktivitas jangka panjang. Salah satu ancaman utama adalah serangan Oryctes rhinoceros atau kumbang tanduk, yang belakangan kembali ditemukan menyerang tanaman sawit milik Kelompok Tani Jaya Mandiri di Desa Handil Terusan, Kecamatan Anggana.
Kepala Bidang Perlindungan Dinas Perkebunan Kabupaten Kutai Kartanegara (Disbun Kukar), Rudiyanto Hamli, menekankan pentingnya edukasi kepada petani agar mampu mengenali ciri awal serangan kumbang tanduk dan mengetahui langkah penanganannya.
“Petani harus waspada. Jika mulai terlihat pelepah tanaman rusak atau bengkok, pucuk mengering, dan anak daun membentuk pola zig-zag, itu pertanda awal adanya serangan. Jangan tunggu sampai titik tumbuh tanaman mati,” tegas Rudiyanto saat melakukan identifikasi dan pengendalian hama, Selasa (29/07/2025).
Rudiyanto menjelaskan terdapat tiga ciri khas serangan kumbang tanduk serta langkah penanganannya. Pertama, daun pelepah yang hancur atau bengkok di bagian dasar, muncul karena kumbang tanduk melubangi pelepah untuk bertelur dan memakan jaringan muda. Penanganannya, segera bersihkan area pangkal pelepah dari sisa-sisa pelepah mati dan semak, karena tempat itu menjadi lokasi favorit kumbang bertelur. Selain itu, gunakan insektisida sistemik berbasis organik atau kimia sesuai dosis yang dianjurkan.
Kedua, pucuk tanaman mengering dan daun yang tumbuh terpotong membentuk pola zig-zag, menandakan larva sudah berkembang dan mulai merusak jaringan utama tanaman. Penanganannya dengan penyemprotan rutin menggunakan pestisida nabati atau pestisida selektif, serta aplikasi Agen Pengendali Hayati (APH) di sekitar pangkal batang.
Ketiga, titik tumbuh tidak berkembang atau mati, kondisi paling serius. Jika pucuk sudah mati, tanaman berisiko tidak bisa tumbuh lagi. Penanganannya, bila memungkinkan, lakukan eradikasi terhadap tanaman yang sudah tidak bisa diselamatkan dan ganti dengan bibit baru. Selanjutnya, lakukan pengawasan ketat terhadap tanaman di sekitarnya untuk mencegah penyebaran hama.
Sebagai langkah antisipatif, Disbun Kukar terus memberikan stimulan berupa APH dan pestisida kepada petani di lokasi terdampak, sekaligus memberikan pelatihan langsung mengenai teknik identifikasi dini dan pengendalian berbasis hayati.
“Tujuan kami bukan hanya menanggulangi, tetapi membangun kemampuan petani agar bisa mandiri dalam menghadapi serangan OPT,” jelas Rudiyanto.
Dinas juga mengimbau agar setiap kelompok tani rutin melaporkan gejala yang mencurigakan dan tidak menunda penanganan. Edukasi berkelanjutan menjadi kunci utama dalam menjaga tanaman sawit dari ancaman kerusakan akibat kumbang tanduk. Dengan kesiapsiagaan dan pemahaman yang baik, petani diharapkan mampu mempertahankan produktivitas tanaman dan mengurangi kerugian ekonomi akibat serangan hama. [] ADVERTORIAL
Penulis: Jemi Irlanda Haikal | Penyunting: Rasidah
Berita Borneo Terlengkap se-Kalimantan