KUTAI KARTANEGARA — Kinerja sektor perkebunan di Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar) menunjukkan tren positif. Berdasarkan data terbaru, Nilai Tukar Petani (NTP) pada sektor perkebunan kelapa sawit mencapai 146 persen, tertinggi dibandingkan komoditas perkebunan lainnya.
Capaian ini menjadi indikator kuat bahwa sektor kelapa sawit rakyat terus berperan penting dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat Kukar.
Pelaksana tugas (Plt) Kepala Dinas Perkebunan (Disbun) Kukar, Muhammad Taufik, menjelaskan bahwa kenaikan NTP menandakan keseimbangan positif antara pendapatan petani dan biaya produksi yang mereka keluarkan.
“Nilai Tukar Petani perkebunan kita sudah mencapai 146 persen, bahkan sempat menyentuh 160 persen. Artinya, pendapatan petani jauh lebih besar dibandingkan pengeluaran mereka. Ini menandakan sektor sawit rakyat di Kukar berjalan baik secara produktivitas,” beber Taufik di Tenggarong, Selasa (28/10/2025).
Menurut Taufik, sektor perkebunan sawit rakyat menjadi penyumbang terbesar terhadap NTP Kukar, disusul komoditas lain seperti karet, lada, dan kelapa dalam. Dari total luas kebun rakyat sekitar 30 ribu hektare, sekitar 25 ribu hektare di antaranya merupakan kelapa sawit yang dikelola secara swadaya oleh petani lokal.
Peningkatan NTP ini, lanjut Taufik, tidak lepas dari dukungan pemerintah daerah melalui kebijakan dan program pendampingan kepada petani sawit. Disbun Kukar secara konsisten mendorong peningkatan produktivitas melalui penggunaan benih unggul, pemupukan tepat guna, serta penerapan tata kelola kebun yang efisien.
“Kita bersyukur, petani sawit rakyat di Kukar sekarang semakin mandiri dan sadar pentingnya manajemen usaha tani. Ini yang membuat kesejahteraan mereka meningkat, karena produktivitas membaik sementara biaya bisa ditekan,” tambahnya.
Selain itu, sinergi antara Disbun Kukar dan Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) turut menjadi faktor penting di balik keberhasilan ini. Melalui berbagai pelatihan dan program pendampingan, petani swadaya kini lebih terarah dalam mengelola kebun dan memasarkan hasil panen.
Dengan capaian 146 persen, petani sawit di Kukar kini dikategorikan sejahtera secara ekonomi, melampaui sektor tanaman pangan, peternakan, dan perikanan yang rata-rata masih di bawah 100 persen.
“Kalau NTP-nya di bawah 100 persen, artinya petani belum sejahtera karena pengeluaran sama atau lebih besar dari pendapatan. Tapi kalau sudah di atas 140 persen, seperti di Kukar ini, artinya petani sudah dalam posisi nyaman,” ungkap Taufik.
Meskipun membanggakan, Taufik menegaskan bahwa Disbun Kukar tidak ingin cepat berpuas diri. Pemerintah daerah tetap berkomitmen menjaga tren positif NTP dengan memperkuat sistem pembinaan, mengembangkan kemitraan antara petani dan perusahaan, serta memperluas akses sertifikasi Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO) bagi koperasi rakyat.
“Capaian NTP ini harus dijaga. Artinya, produktivitas harus terus naik, harga sawit harus stabil, dan petani perlu terus didampingi agar kualitas panennya meningkat,” tegasnya.
Ia menambahkan, sektor sawit rakyat juga berpotensi menjadi penggerak utama ekonomi daerah apabila dikelola dengan manajemen yang baik dan berbasis keberlanjutan. “Sawit rakyat ini adalah kekuatan ekonomi lokal. Kalau dikelola dengan baik, bukan hanya NTP yang naik, tetapi taraf hidup masyarakat perkebunan juga ikut meningkat,” pungkasnya. [] ADVERTORIAL
Penulis: Jemi Irlanda Haikal | Penyunting: Rasidah
Berita Borneo Terlengkap se-Kalimantan