Kukar Optimistis Jadi Role Model Pengembangan Sawit Nasional

KUTAI KARTANEGARA – Kilau “emas hijau” kian terasa di Kutai Kartanegara (Kukar), Kalimantan Timur. Komoditas kelapa sawit kini menjadi mesin penggerak ekonomi yang tak bisa dipandang sebelah mata. Dari desa ke desa, geliat perkebunan sawit rakyat semakin kuat, bersanding erat dengan industri besar yang membawa investasi dan lapangan kerja baru.

Pemerintah Kabupaten Kukar melalui Dinas Perkebunan (Disbun) terus memacu sektor sawit lewat dua jalur utama: pemberdayaan masyarakat petani dan penguatan peran perusahaan besar swasta (PBS). Dua sektor ini dipadukan dalam strategi kolaboratif untuk memperkuat fondasi ekonomi daerah sekaligus menjaga keseimbangan lingkungan.

Sekretaris Disbun Kukar, Muhammad Taufik Rahmani, menegaskan bahwa sinergi antara petani dan pihak swasta kini menjadi kunci keberhasilan. “Kami melihat antusiasme masyarakat terhadap budidaya kelapa sawit sangat tinggi. Tidak hanya mengandalkan bantuan, banyak yang memulai secara swadaya,” jelas Taufik, Senin (12/05/2025).

Menurutnya, minat yang besar ini lahir karena potensi sawit yang menjanjikan. Harga jual yang stabil, perawatan mudah, serta masa panen yang cepat menjadi daya tarik utama. “Dengan umur tiga sampai empat tahun saja, tanaman ini sudah bisa dipanen. Ini menjadi daya tarik tersendiri bagi para pekebun,” ujarnya.

Data Dinas Perkebunan Kukar menunjukkan, wilayah Kecamatan Kembang Janggut dan Muara Badak menjadi lumbung sawit rakyat terbesar. Di Kembang Janggut, tercatat 7.197 hektare dikelola oleh 2.107 kepala keluarga, sedangkan di Muara Badak terdapat 5.022 hektare dengan 2.905 kepala keluarga. “Ini artinya masyarakat punya akses langsung dan nyata terhadap lahan produktif yang bisa menopang kesejahteraan mereka,” tutur Taufik.

Tak kalah penting, perusahaan besar juga memainkan peran strategis. Total 226.462 hektare lahan sawit kini dikelola oleh PBS di Kukar. Keberadaan sektor industri swasta ini tak hanya menggerakkan ekonomi, tetapi juga memunculkan efek berganda. “Sektor ini juga membuka lapangan kerja dan mendatangkan investasi,” tambah Taufik.

Pemerintah daerah tak tinggal diam. Melalui berbagai program, Disbun Kukar memperkuat kapasitas petani lewat pelatihan teknis, penyaluran bibit unggul, hingga pembentukan kelompok tani yang solid dan mandiri. “Kami ingin para petani sawit ini tidak hanya produktif, tetapi juga tangguh dan berdaya saing,” tegasnya.

Namun, Taufik juga mengingatkan bahwa pengembangan sawit tak boleh mengabaikan alam. “Keberlanjutan itu kunci. Kita harus pikirkan dampaknya secara menyeluruh,” ujarnya menegaskan. Karena itu, pemerintah daerah kini menekankan konsep sawit hijau berkelanjutan, dengan mendorong perusahaan dan petani memenuhi standar sertifikasi ramah lingkungan.

Kukar kini menatap masa depan sebagai salah satu contoh sukses pengelolaan sawit berkelanjutan di Indonesia. Pendekatan kolaboratif antara pemerintah, masyarakat, dan dunia usaha menjadi model baru pembangunan ekonomi hijau. “Kami berkomitmen agar pengembangan sawit ini terus memberi manfaat jangka panjang bagi masyarakat tanpa mengorbankan lingkungan,” tutup Taufik.

Dengan harmoni antara rakyat, pemerintah, dan investor, sawit bukan lagi sekadar tanaman penghasil minyak  tetapi simbol kemandirian ekonomi baru di jantung Kalimantan Timur. [] ADVERTORIAL

Penulis: Muhammad Ihsan | Penyunting: Rasidah

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com